Headline

Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.

Fokus

Ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat drastis sejak insiden perbatasan

Spirit Bunga untuk Anak Dunia

Furqon Ulya Himawan
29/9/2016 07:10
Spirit Bunga untuk Anak Dunia
(MI/ FURQON ULYA HIMAWAN)

SEPERTI banyak perempuan lainnya, Lintang Pandu Pratiwi begitu menyukai bunga. Namun, ia bukan sekadar menjadikan bunga sebagai pajangan. Ia mengambil spirit dari keindahan bunga dan menuangkan dalam ilustrasi di buku anak dunia. Karya-karyanya antara lain tersebar di buku Sally terbitan PDMI Publishing, The Water Lilly Fairy terbitan Brandylane Publisher, Walker Hound of Park Avenue dari penerbit Progressive Rising Phoenix Press, dan buku Dancing Lilly serta Tisha dari penerbit Bookerbear Publishing. Kemudian ada pula ilustrasi di Jewel and the Jujube dari penerbit Kindle Press dan di buku Honey and the Bee dari penerbit Galway Press. Seluruh penerbit itu berkantor di Amerika Serikat. Di berbagai ilustrasinya, motif bunga-bunga sudah seperti keunikan Lintang. Bercerita kepada Media Indonesia Selasa (13/9) di Yogyakarta, Lintang mengaku ia memang begitu meresapi filosofi bunga matahari. "Jika ingin menjadi bunga, jadilah bunga matahari karena bunga matahari melambangkan spirit dan energi yang memberikan manfaat kepada siapa saja tanpa batas. Itulah kenapa saya suka bunga matahari. Fiilosofi bunga matahari yang membuat saya terus berkarya, menyalurkan passion di dunia seni, yakni ilustrasi dan desain grafis," tutur Lintang yang hari itu mengenakan baju hijau bermotif bunga-bunga. Cerahnya bunga matahari juga menjadi gambaran untuk kiprah Lintang yang terus menanjak. Sebelum laris digaet penerbit-penerbit di AS, perempuan 24 tahun ini telah banyak berkarya untuk majalah Bobo, majalah Girls, dan koran Kompas.

Tahun lalu, lulusan Desain Komunikasi Visual Universitas Negeri Malang (UNM) itu juga terpilih bersama beberapa ilustrator dari Indonesia lainnya untuk mengikuti acara Room to Read USA kerja sama dengan PBB dalam rangka meningkatkan kualitas buku bacaan anak-anak di dunia. Ilustrator buku anak menjadi pilihannya karena didasari kecintaan pada anak-anak dan dunia mereka. Jejak di dunia internasional dikatakan Lintang berkat media sosial. "Suatu saat saya mem-posting karya-karya di media sosial dan situs desain. Dari situ ada orang yang tertarik, lalu mengirimi saya e-mail dan mencari ilustrator untuk buku-buku di luar negeri," ungkapnya.

Pantang menyerah
Sembari memperlihatkan karya-karyanya, Lintang berkisah karier sebagai ilustrator dan desainer grafis tidak dirintis dengan mudah. Berbagai tantangan ditemui, termasuk dalam memenuhi tuntutan penerbit asing. Hal itu pula yang harus ia lalui untuk menjadi ilustrator buku Honey and the Bee, yang bercerita tentang persahabatan antara bebek dan lebah. Ketika itu, Lintang sudah menyelesaikan sketsa sebanyak 32 halaman dan beberapa halaman sudah selesai pewarnaan. Namun, tiba-tiba dibatalkan secara sepihak oleh penerbit dengan alasan tidak menyukai gaya ilustrasinya dan tidak sesuai dengan jadwal. Bukan pasrah, Lintang justru makin tertantang. Dalam waktu sehari ia ngebut membuat beberapa gambar ilustrasi yang mungkin cocok dengan kemauan penerbit. “Akhirnya goal dan tetap saya yang dipilih ngerjain ilustrasinya meskipun konsepnya mengulang lagi dari awal dan memakan berbulan-bulan,” kenang perempuan yang pernah menjadi juara 2 lomba melukis tingkat Jawa Tengah pada 2005 itu. Pengalaman itu membawa pelajaran baginya untuk tidak mudah menyerah, bahkan saat pintu seolah sudah tertutup. Ia percaya kegigihan dan pertolongan Tuhan bisa membuka jalan bagi segala halangan. “The point is kalau ada keinginan yang dirasa worthed, berjuang terus sampai titik darah penghabisan. Jangan langsung menyerah karena pintu yang sudah tertutup masih bisa dibukakan lagi sama Tuhan,” tegasnya. Tidak hanya memuaskan penerbit, kualitas kerja Lintang juga terbukti dari buku yang kemudian menjadi best seller, Walker Hound of Park Avenue.

Setia di Indonesia
Etos kerja Lintang kemudian membawanya mendapat tawaran dari salah satu studio komik di Amerika, Multitude Comics, sebagai manajer proyek di tempat itu. Namun, tawaran itu ditolak demi bisa terus berkarya dari Indonesia. “Impianku di dunia seni itu berkarya untuk Indonesia dan di Indonesia sendiri. Tak terpikir olehku ke luar negeri karena saya yakin suatu saat Indonesia akan menghargai karya kreativitas anak negeri,” ujarnya pelan. Perempuan yang mengaku gemar masakan sayur racikan ibunya itu mengaku sampai sekarang masih mengidam-idamkan membuat serial lengkap buku-buku ilustrasi tentang dongeng anak di seluruh Nusantara. “Saya ingin menulis buku yang banyak tentang Nusantara dan mengilustrasikannya untuk anak-anak Indonesia,” kata perempuan yang suka kuliner tahu-tempe dan minum air putih itu. Saat ini Lintang mengaku memang masih konsen untuk menggarap ilustrasi untuk penerbit-penerbit buku di luar negeri karena dalam negeri belum begitu menghargai karya kreativitas anak negeri. Namun, Lintang mengaku telah mengumpulkan dan menulis sedikit demi sedikit cerita-cerita Nusantara yang nantinya akan dia buat buku ilustrasi untuk anak-anak. “Saya cinta Indonesia, makanya saya ingin membuat buku ilustrasi untuk anak-anak yang mengandung nilai pendidikan untuk anak-anak di Indonesia,” kata perempuan yang gemar bersenandung lagu Indonesia Raya itu. (M-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya