Headline
Saat ini sudah memasuki fase persiapan kontrak awal penyelenggaraan haji 2026.
Saat ini sudah memasuki fase persiapan kontrak awal penyelenggaraan haji 2026.
Setiap kali berkunjung ke rumah pakar kue Hadi Tuwendi, dapur selalu menjadi tempat yang dituju Handi Mulyana kecil.
Dia terkesima menyaksikan bagaimana butter cream bisa dibentuk serupa renda, burung, dan bentuk-bentuk lainnya. Sepulang dari rumah sosok yang masih kerabatnya itu, dia akan meminta butter cream kepada ibunya. Handi pun berkreasi sendiri.
Ketika usianya menginjak 13 tahun, dia membuat kue pertamanya yang dihias sendiri. “Saya ulang tahun ke-13 bikin kue sendiri, ada kolam dengan bebek berenang,” kisah Handi penuh semangat.
Agenda penuh
Media Indonesia menemuinya di Jakarta, Sabtu (6/8) lalu ketika dia kebetulan sedang pulang ke Tanah Air. Sejak 22 tahun silam, Handi menetap di Australia. Itu pun di ‘Negeri Kanguru’, dia mengaku jarang pulang ke rumah. Pasalnya, lelaki asal Cianjur yang kini lebih sering mengajar dekorasi kue itu, kerap diminta mengajar di berbagai belahan dunia. Sekali mengajar, dia biasa dibayar sekitar US$1500 untuk kelas yang berlangsung 6-7 jam.
Saking sibuknya, kadang dia hanya sempat pulang ke tempat tinggalnya di Australia untuk sekadar menaruh koper dan langsung mengejar pesawat berikutnya. Mulai dari Eropa, Dubai, Singapura, Thailand, dan India, pernah disinggahinya berkat kemampuannya mendekor kue. Di Indonesia, Handi rutin menjadi pengajar tamu di Sugar World Academy di Jakarta Selatan.
Sampai April tahun depan, jadwal mengajarnya sudah penuh. Dia diundang mengajar ke Eropa, Dubai, dan Amerika. “Saya juga tidak pernah menyangka, tapi ternyata kemampuan hias kue bikin saya bisa keliling dunia,” akunya.
Dia hanya suka melakukannya dan merasa kue memberi nilai tambah pada acara pesta. “Ibaratnya kalau lagi kumpul tidak ada pesta itu rapat, tapi kalau rapat ada kue, itu namanya pesta,” celotehnya.
Di sisi lain, mendekorasi kue serasa terapi baginya dan menjauhkan stres. Dia merasakan kepuasan tersendiri setiap melihat reaksi dari pelanggannya yang tak jarang sampai menangis saking puas dan bahagianya. Demikian pula ketika dia menerima e-mail berisi ungkapan rasa terima kasih atas jasa kue yang dihiasnya.
Pesohor dunia
Sederet selebritas papan atas Hollywood pernah menikmati kue buatan Handi, termasuk di antaranya Oprah Winfrey, Rihanna, Nicole Kidman, dan Celine Dion. Itu lantaran dia sempat bekerja untuk toko kue yang cukup ternama di Australia dan memiliki agensi humas yang mendapatkan selebritas tersebut sebagai kliennya.
Reputasinya pun kian terbangun berkat kemunculannya di berbagai acara televisi. Dia diundang tampil di Masterchef Australia, The Morning Show, Disney Channel, juga Masterchef Indonesia.
Kini, Handi jarang sekali melayani pesanan kue. Dalam setahun paling hanya dua kue, dia sangat selektif memilih berdasarkan siapa kliennya dan harga yang ditawarkan. Waktunya lebih banyak digunakan untuk mengajar dekor dan terus berinovasi dalam seni hias kue.
Tiket sekali jalan ke Australia
Melihat kesuksesannya sekarang, sulit untuk percaya bahwa pekerjaan pertamanya ketika menginjakkan kaki ke Australia justru sebagai pelayan di restoran cepat saji. Pada 1994, Handi yang baru lulus SMA berangkat ke Australia dengan tiket sekali jalan. Sejak awal dia memilih ke negara itu karena ingin mendalami ilmu membuat pastry.
Diakuinya, kala itu dia belum mahir berbahasa Inggris. Makanya, dia memilih homestay di rumah penduduk lokal selama enam bulan, supaya bisa langsung mempraktikkan bahasa Inggris.
“Banyak orang Indonesia hidup lama di luar negeri, tapi berkumpul dengan sesama orang Indonesia terus dan bahasa Inggrisnya tidak membaik. Saya tidak mau begitu,” jelas Handi.
Hidupnya di Australia sempat penuh ketidakpastian. Visa pelajar yang menjadi bekalnya untuk ke sana ternyata tidak bisa digunakan untuk mendaftar ke sekolah yang diinginkannya. Negara itu punya regulasi yang kerap berubah-ubah. “Dulu syarat masuk sekolah itu harus full time, sementara saya yang pakai visa pelajar, tidak bisa full time,” Handi bercerita.
Untuk bisa bekerja full time, statusnya harus resident, tidak bisa pelajar asing. Nah, demi menjadi resident itu, dia mesti mengejar poin yang didapat dengan pengalaman kerja, sekolah, keahlian, dan sebagainya.
Tak patah arang, dia pun banting setir sementara waktu. Pekerjaan di hotel menjadi pilihannya, mengurusi acara juga bagian food and beverage. Setelah tujuh tahun kerja di perhotelan, poinnya memenuhi untuk jadi resident, barulah dia pindah kerja ke bidang kue. Hari libur dipakainya untuk sekolah lagi di TAFE NSW, belajar teknik-teknik dalam membuat pastry.
Untuk sukses di negara seperti Australia, pilihan tempat kerja bisa sangat memengaruhi peluang berkembang. Pasalnya, di sana toko kue lazimnya menggunakan jasa humas. Humas itulah yang gencar melakukan pemasaran dan menawarkan ke klien, tidak langsung ke toko kue. Jika Handi bisa menembus selebritas dunia, dari situlah awalnya, karena bekerja di toko kue yang jaringan humasnya luas.
Di sisi lain, sebagai seorang pendatang, menurutnya orang Indonesia harus selalu menawarkan hal lebih bila ingin menaklukkan pasar luar negeri. “Kalau luar biasa, barulah bisa menonjol,” cetusnya. (M-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved