Headline

Saat ini sudah memasuki fase persiapan kontrak awal penyelenggaraan haji 2026.

Pengobatan Kanker Usus Besar dengan TACI

(Nik/H-3)
14/9/2016 03:30
Pengobatan Kanker Usus Besar dengan TACI
(ANTARA FOTO/Dewi Fajriani)

Transarterial chemotherapy infusion (TACI) merupakan metode memasukkan obat kemoterapi langsung pada lokasi kanker lewat alat serupa kateter. Pada kasus kanker kolorektal (usus besar), metode tersebut membantu pengobatan secara signifikan. "Dengan TACI, obat kemoterapi difokuskan langsung ke sel-sel kanker. Jadi, tidak menyebar ke seluruh tubuh seperti pada kemoterapi konvensional," ujar dokter konsultan radiointervensi Daniel Lumadyo, di sela seminar kedokteran bertajuk Multi-Disciplinary Approach in Colorectal Cancer yang digelar di RS Gading Pluit, Jakarta, Sabtu (3/9). Daniel menjelaskan proses TACI mirip kateterisasi jantung. Bedanya alat kateter (pipa halus lentur dan panjang) yang dimasukkan lewat pembuluh darah di lipat paha tidak diarahkan menuju jantung, tetapi menyusuri pembuluh darah menuju lokasi kanker. Selanjutnya, melalui kateter tersebut, dokter akan memasukkan obat-obatan kemoterapi. Dengan demikian, obat-obatan itu langsung kena ke sasaran. "Dengan metode ini, dosis obat yang digunakan jauh lebih kecil, sekitar sepersepuluh dosis kemoterapi konvensional. Tetapi karena diberikan langsung ke sel-sel kanker, efeknya lebih terfokus dan meminimalkan efek samping sebab obat tidak beredar secara sistemis ke seluruh tubuh," jelas Daniel.
Ia menambahkan, metode tersebut memang masih mahal sehingga perannya masih bersifat komplementer, melengkapi kemoterapi konvensional. Namun, dalam beberapa kasus, TACI berfungsi menggantikan kemoterapi konvensional, yakni pada pasien-pasien kanker yang tidak mungkin diberi terapi kemoterapi konvensional, seperti pada pasien kanker penderita diabetes dan gagal ginjal.

Daniel menerangkan, pada kasus kanker usus besar, terapi TACI dapat diberikan pada stadium awal hingga akhir dengan tujuan berbeda-beda. Pada stadium awal, misalnya, TACI menghambat perkembangan sel-sel kanker lebih lanjut dan mengecilkan ukuran tumor. "Dengan manfaat tersebut, TACI sangat membantu pasien yang baru terdiagnosis. Umumnya mereka masih kaget, panik, belum menerima kondisinya. Mereka yang semestinya menjalani terapi operasi pemotongan usus kadang belum mau. Nah, pasien tersebut bisa diberi TACI dulu untuk menghambat perkembangan kanker. Seiring dengan waktu, ketika kejiwaan mereka sudah stabil, umumnya mereka mau menjalani operasi. Tapi yang penting, selama menunggu kestabilan itu perkembangan kanker dihambat," terang Daniel. Pada pasien stadium lanjut, sambungnya, TACI memang tidak menjanjikan kesembuhan mengingat kanker sudah menyebar. Namun, terapi TACI terbukti mampu memperpanjang usia harapan hidup pasien. "Dari yang semula diperkirakan hanya bertahan empat bulan lagi, misalnya, ternyata bisa bertambah hingga beberapa bulan lebih lama," imbuh Daniel. Pada kesempatan sama, konsultan hematologi onkologi medik Prof Abdul Muthalib menjelaskan kanker kolorektal merupakan kanker ketiga tersering baik di dunia maupun di Indonesia. Menurut data BPJS Kesehatan, ada 7.974 kasus kanker kolorektal sepanjang 2015. "Kanker ini termasuk kanker yang biaya pengobatannya tinggi. Penanganannya perlu kerja sama tim multidisiplin," ujarnya. (Nik/H-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya