Headline
Saat ini sudah memasuki fase persiapan kontrak awal penyelenggaraan haji 2026.
Saat ini sudah memasuki fase persiapan kontrak awal penyelenggaraan haji 2026.
Seseorang patut curiga apabila terdapat benjolan di bagian tubuh tertentu meski tanpa disertai rasa sakit. Bisa jadi benjolan itu merupakan peringatan awal adanya limfoma atau kanker kelenjar getah bening. Dokter konsultan hematologi onkologi medik dari RS Kanker Dharmais, Jakarta, Noorwati Sutandyo, menjelaskan, limfoma termasuk kelompok kanker darah dan satu-satunya jenis kanker darah yang berbentuk padat. Di Indonesia, limfoma merupakan kanker tersering keenam pada pria dan ketujuh pada wanita menurut data WHO (Globocan, 2012). "Limfoma itu terjadi karena sel limfosit (salah satu jenis sel darah putih) yang harusnya jinak berubah menjadi ganas. Sel ganas itu berkembang biak di dalam kelenjar getah bening hingga menimbulkan benjolan," ujarnya dalam diskusi bertajuk Limfoma, Risiko, Gejala, dan Pengobatan yang digelar Cancer Information and Support Center (CISC) di Jakarta, Sabtu (10/9). Kegiatan itu menjadi rangkaian peringatan Hari Peduli Limfoma Sedunia yang jatuh setiap 15 September. Noorwati melanjutkan, pembesaran kelenjar getah bening (lymph node) itu dapat terjadi di mana saja di seluruh bagian tubuh. Meski secara umum muncul di leher, ketiak, dan selangkangan, tetapi ada juga yang di perut, usus, liver, limpa, bahkan sumsum tulang. Noorwati menerangkan, pada dasarnya kelenjar getah bening berfungsi sebagai saringan dalam sistem sirkulasi getah bening untuk membersihkan cairan getah bening dari kuman. Selain itu, kelenjar tersebut merupakan bagian dari imun untuk melawan kuman-kuman.
"Namun, karena ada sel limfosit yang ganas, bukannya melawan kuman, malah membahayakan. Apalagi, sel ganas itu berasal dari sel darah putih, salah satu jenis sel yang punya kemampuan luar biasa," katanya. Sebagian kasus limfoma tidak hanya ditandai kemunculan benjolan, tapi juga melibatkan beberapa gejala lain, seperti perut membesar atau terasa penuh, demam tanpa sebab yang jelas, berat badan turun, sesak atau mudah lelah. Jika sudah demikian, Noorwati menganjurkan untuk segera memeriksakan diri ke dokter karena satu-satunya cara untuk menegakkan diagnosis limfoma ialah dengan melakukan biopsi (pengambilan sampel jaringan). Benjolan yang diduga limfoma sebaiknya diangkat seluruhnya untuk menentukan jenis limfoma. "Tapi sebelum mencurigai limfoma, terlebih dahulu harus disingkirkan penyebab pembesaran kelenjar getah bening yang lain, terutama infeksi." Noorwati menambahkan, ada dua jenis limfoma, yaitu limfoma hodgkin dan nonhodgkin yang memiliki karakteristik masing-masing dan berbeda jenis pengobatannya. Limfoma hodgkin ditandai adanya sel Reed-Sternberg yang bisa dilihat pada pemeriksaan patologi anatomi. "Sering kali limfoma hodgkin didiagnosis sebagai limfadenitis tuberkulosis padahal bukan. Keberadaan sel Reed-Sternberg menjadi pembeda. Kejadian limfoma hodgkin lebih sedikit daripada limfoma nonhodgkin." Di Amerika, kata Noorwati, prevalensi limfoma hodgkin sekitar 5%-15% dari seluruh kasus limfoma dengan insiden 1% pada usia 20-29 tahun dan 50-60 tahun. "Mayoritas dari seluruh kasus limfoma tergolong limfoma nonhodgkin dengan insiden yang cenderung meningkat sesuai usia. Sayangnya, data di Indonesia belum ada. Hanya diestimasikan limfoma sebagai salah satu kanker terbanyak," cetus dia.
Jangan tunda pemeriksaan
Terkait dengan faktor risiko, Noorwati menjelaskan limfoma sangat terkait erat dengan umur, gender, ras, etnis, sosial ekonomi, paparan terhadap zat karsinogenik, gangguan imunitas, dan infeksi. Semakin tua seseorang, akan semakin berisiko, meski belakangan juga mulai banyak penderita limfoma dari kalangan muda. "Kecenderungannya, gejala limfoma itu mudah dilihat, karena ada benjolan, tapi tidak segera ditangani. Bahkan beberapa dokter yang melihat adanya benjolan itu juga sering tidak menindaklanjuti. Akibatnya, pasien sampai stadium yang sudah berat," tandasnya. Relawan CISC Lindawati Gunawan menambahkan, penting mendeteksi limfoma sejak dini, artinya begitu ada benjolan, tidak perlu menunggu munculnya gejala lebih banyak, segera periksakan ke dokter. "Apalagi sampai dibiarkan begitu saja, padahal sudah mengetahui tanda-tanda terindikasi limfoma. Kalau diobati sejak awal, akan lebih mudah dan lebih murah. Mari kita sadari kelenjar getah bening sangat penting untuk bertahan hidup, sehingga kalau tahu ada gejala penyimpangan harus langsung diperiksakan," pesannya. (H-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved