KEMENTERIAN Kesehatan (Kemenkes) belum menemukan pasien lain yang jadi korban kasus obat anestesi (bius) merek Buvanest Spinal yang isinya tertukar dengan obat pembekuan darah asam traneksamat.
Sampai kini jumlah korban masih tercatat dua pasien meninggal yang akan menjalani operasi di Siloam Hospital Karawaci, Tangerang, Banten, pada Rabu (11/2).
"Kalau ada korban serupa, pasti kami sudah mendapat laporannya," ujar Menteri Kesehatan Nila F Moeloek, di Jakarta, Rabu (18/2).
Menkes mengatakan kasus meninggalnya dua pasien akibat injeksi obat bius dengan isi yang tak sesuai dengan kemasan itu baru diketahui kementeriannya, Sabtu (14/2).
Lantaran kasusnya darurat, dia segera menunjuk Dirjen Bina Upaya Kesehatan Kemenkes Akmal Taher untuk membentuk Tim Audit Investigasi ke RS Siloam dan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM) Roy A Sparingga untuk memeriksa obat yang dipakai dan tempat produksinya di PT Kalbe Farma.
Berdasarkan investigasi Badan POM, penyebab meninggalnya pasien itu lantaran Buvanest Spinal buatan Kalbe Farma yang seharusnya diisi obat bius Bupivacaine, tertukar isinya dengan asam traneksamat yang merupakan obat antifibrinolitik untuk menghentikan perdarahan. Imbasnya, usai disuntik bius, kedua pasien yang akan menjalani operasi persalinan dan urologi bukan kebal, malah merasa gatal dan kejang-kejang hingga meninggal dunia.
Akmal Taher mengamini pernyataan Menkes. Menurut dia, kalau ada kasus pasien meninggal mendadak tanpa sebab jelas, dokter pasti melaporkan kasusnya ke RS dan dilanjutkan ke Kemenkes. Sebab, dokter bersangkutan tidak mau dituding sebagai penyebab kematian pasien.
Adapun kemungkinan kasus kematian pasien ke depannya, kata dia, makin mengecil. Sebab, sehari setelah kejadian atau Kamis (12/2), Kalbe Farma selaku produsen obat yang tertukar isinya itu menarik obat secara sukarela.
Obat yang ditarik ialah Buvanest Spinal dengan nomor seri produksi (batch) 630077 dan produk obat asam traneksamat Kalnex 500 mg/Amp 5 ml dengan batch 629668 dan 630025. Produk yang bermasalah itu diproduksi Kalbe Farma pada 3 November 2014. ''Dari 26 ribuan unit obat Buvanest Spinal yang didistribusikan, Kalbe Farma sudah menarik 95%-nya.''
Berkenaan dengan audit di Siloam Hospital, Akmal melaporkan tidak ada kesalahan prosedur dalam penanganan kedua pasien yang meninggal. ''Dari segi perizinan, mulai izin RS sampai tenaga dokter dan perawat tidak ada masalah.''
Periksa Kalbe Farma Ketua Umum Perhimpunan Dokter Anestesi dan Terapi Intensif Andi Wahyuningsih Attas menyampaikan pihaknya telah melayangkan surat kepada kolegium dokter spesialis anestesi agar sementara waktu tidak memakai obat anestesi merek Buvanest Spinal.
Sementara itu, Kapolresta Kabupaten Tangerang, Kom-bes Irfing Jaya mengatakan pihaknya sudah memeriksa dokter yang menyuntik hingga dua pasien rumah sakit itu meninggal dunia. Hasil pemeriksaan ialah dokter itu telah memberi suntikan obat bius yang isinya bukan Buva-nest Spinal, melainkan asam traneksamat. "Karena itu, dalam waktu dekat kami akan memanggil dan memeriksa pihak PT Kalbe Farma yang telah memproduksi obat-obatan tersebut."