Headline
Pengacara Tannos menggunakan segala cara demi menolak ekstradisi ke Indonesia.
Pengacara Tannos menggunakan segala cara demi menolak ekstradisi ke Indonesia.
Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.
PELUNCURAN satelit Indonesia Lapan A3 pada Juni 2016 lalu menjadi satu bentuk kemajuan dalam bidang teknologi. Saat ini satelit yang dikembangkan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) itu telah menjadi salah satu sumber utama berbagai informasi. Mulai lahan pertanian, kapal, hingga sistem komunikasi radio amatir. “Iya satelit ini rangkaian selanjutnya dari satelit produksi Indonesia yang sebelumnya juga telah diluncurkan, Lapan A2,” ungkap Kepala Lapan, Thomas Djamaluddin, Kamis (4/8). Thomas mengatakan, sama halnya dengan A2, Lapan A3 mengudara dengan misi yang sama, tetapi dengan kualitas teknologi yang sudah lebih maju. Salah satunya dalam hal kamera pemantau dan sensor deteksi kapal.
Selain itu, saat ini pengembangan Lapan A3 juga semakin ditingkatkan. Lapan A3 dimanfaatkan dalam misi ilmiah untuk mengukur medan magnet bumi. “Kami bekerja sama dengan beberapa pihak untuk memaksimalkan fungsi satelit ini. Ada ribuan kapal yang berada di perairan Indonesia, kemudian akan dikembangkan algoritma untuk mendeteksi kapal-kapal dengan manuver yang mencurigakan. Lapan akan memberikan informasinya pada kementerian terkait,” ungkap Thomas. Dijelaskan Thomas, Lapan A3 merupakan satelit pertama yang pengembangan uji komponennya dilakukan sendiri oleh Indonesia. Kebutuhan akan sensor dan kendali satelit telah dapat diciptakan dan diuji Lapan untuk mempersiapkan kemaksimalan operasi satelit itu. “Ternyata berfungsi dengan baik. Jadi, intinya Lapan beroperasi. Selain menggunakan satelit internasional, juga diupayakan menggunakan satelit sendiri yang sesuai dengan spesifi kasinya,” ungkap Thomas. Selain itu, Thomas menjelaskan pengembangan satelit tersebut juga terus diperluas ke beberapa sektor, salah satunya pendeteksian cuaca. Saat ini fokus dilakukan untuk mengembangkan fungsi radar nasional melalui radar kapal dalam mendeteksi hujan. Pengembangan radar tersebut difokuskan dalam pemantauan atmosfer bawah yang bertujuan mendeteksi potensi cuaca di setiap kota Indonesia.
“Jadi, pusat sains dan teknologi atmosfer di Bandung itu sudah berhasil mengembangkan radar untuk deteksi hujan. Modifikasi dari radar kapal kemudian dimanfaatkan untuk deteksi atmosfer bawah untuk daerah pembentukan awan hujan dan deteksi hujannya untuk mendeteksi daerah yang akan mengalami hujan ekstrem,” terang Thomas. Untuk dapat memaksimalkan pengembangan teknologi tersebut, ia mengatakan akan terus berusaha memperluas kerja sama. Di antaranya dengan Badan Metereologi, Klimatologi, dan Geofi sika (BMKG) dalam mendeteksi potensi hujan di seluruh kota Indonesia. “Jadi sebenarnya untuk pengembangan, kesulitan lebih dirasakan dari sisi biaya. Segala teknologi secara bertahap kita mengupayakan penguasaannya, termasuk fasilitas untuk mengintegrasikan dan pengujian. Jadi, semoga bisa lebih dimanfaatkan karena kalau digunakan sebenarnya akan menjadi pilihan yang lebih murah bagi Indonesia. Termasuk BMKG kami sudah usulkan untuk dapat digunakan di seluruh kota Indonesia,” ungkap Thomas.
Sementara itu, Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Yunus Subagyo, mengatakan pihaknya akan sangat terbuka untuk dapat turut memanfaatkan teknologi satelit produksi Indonesia. Hal tersebut dilakukan sebagai upaya dukungan akan kemandirian Indonesia dalam bidang teknologi. Selama ini, dijelaskannya, belum ada satelit produksi Indonesia yang digunakan BMKG untuk memantau cuaca dan iklim di Indonesia. “Belum ada satelit cuaca milik Indonesia. Saat ini meskipun belum ada kerja sama secara fi sik, kami siap turut serta dan merangkul Lapan dalam penggunaan satelit tersebut,” ujar Yunus. Seperti diketahui, Lapan A3 merupakan satelit ketiga yang diluncurkan Indonesia. Sebelumnya, sejak 2007, Lapan telah mengembangkan satelit Lapan A1 dan dilanjutkan Lapan A2 pada 2014 lalu. Lapan A3 menjadi satelit pertama yang diproduksi di dalam negeri. Satelit tersebut diluncurkan bersama dengan 20 satelit lain dari berbagai negara, seperti Jerman, India, dan Amerika Serikat. Sinyal pertama dari satelit yang mengorbit di sekitar 500 kilometer di angkasa luar tersebut telah diterima di Indonesia selang waktu beberapa jam setelah peluncurannya.
Lapan A2
Lapan A2 merupakan pendahulu Lapan A3 yang punya fungsi sama. A3 memang lebih maju secara teknologi. Lapan A2 merupakan suksesor satelit buatan Lapan sebelumnya, yaitu satelit Lapan-Tubsat yang dibuat di Jerman dan diluncurkan 2007 lalu. Lapan A2 ini sepenuhnya dibuat di Indonesia. Meskipun dibuat di Indonesia, jasa konsultan dari Jerman tetap digunakan. Satelit Lapan A2 ini utamanya berfungsi sebagai mitigasi bencana. Lapan A2 juga sering disebut sebagai Lapan-Orari. Lapan A2 diluncurkan dari Satish Dhawan, Sriharikotta, India, dengan menggunakan roket PSLV C-30 pada Senin, 28 September 2015, pada pukul 10.00 waktu India atau 11.30 WIB. (Pro/H-2
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved