SUSU merupakan salah satu bahan makanan yang kaya gizi.
Sayangnya, tidak semua orang cocok minum susu.
Mereka yang alergi justru diare ketika minum susu.
Mereka pun memilih untuk menghindari minuman bernutrisi itu.
Sejatinya, bagi mereka ada alternatif untuk memperoleh kandungan gizi dari susu tanpa khawatir mengalami gejala alergi, yakni dengan mengonsumsi yoghurt.
"Yoghurt yang merupakan hasil fermentasi susu punya kandungan gizi mirip dengan susu. Tapi tidak memicu gejala alergi susu," ujar dokter spesialis gizi klinik dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Marya Haryono, dalam diskusi kesehatan yang diselenggarakan merek produk yoghurt Heavenly Blush, di Jakarta, pekan lalu.
Ia menjelaskan, alergi susu atau tepatnya disebut intoleransi laktosa merupakan kondisi ketika tubuh tidak mampu mencerna laktosa, jenis zat gula dalam susu.
"Untuk mencerna laktosa dalam susu diperlukan enzim laktase. Mereka yang kekurangan enzim tersebut tidak bisa mencerna laktosa. Akibatnya, ketika mengonsumsi susu, mereka akan diare, kembung, dan sering buang gas."
Namun, ketika susu difermentasi menjadi yoghurt dengan bantuan bakteri asam laktat, lanjut Marya, laktosa dipecah menjadi glukosa dan galaktosa.
Dengan demikian, enzim laktase tidak dibutuhkan lagi karena tidak ada laktosa yang harus dicerna.
Gejala alergi susu pun bisa dihindari.
"Kandungan gizi susu dan yoghurt mirip. Misalnya, kandungan kalsiumnya. Setiap cup yoghurt, rata-rata mengandung 415 mg kalsium. Jadi, cukup mengonsumsi dua cup, kebutuhan kalsium harian tercukupi. Lebih dari itu, konsumsi yoghurt juga menyehatkan pencernaan," papar Marya.
Bagaimana dengan penderita mag? Amankah mengonsumsi yoghurt yang rasanya asam?
Menurut Marya, yoghurt aman-aman saja dikonsumsi penderita mag, sebab pH yoghurt yang berkisar 4-5 lebih tinggi dari tingkat keasaman dalam lambung yang pH-nya 2.
"Dengan pH yang lebih tinggi itu sebenarnya yoghurt tidak akan menambah keasaman dalam lambung, justru menetralkan. Jadi, penderita mag juga aman mengonsumsinya. Dan lagi, penderita mag akan terbantu karena yoghurt terbukti membantu penyembuhan luka lambung."
Marketing Director Heavenly Blush, Ivonne Aryanti, menambahkan bahwasanya tingkat keasaman yoghurt juga dipengaruhi jenis bakteri yang digunakan dalam fermentasi.
"Dengan komposisi bakteri-bakteri generasi terbaru, yoghurt bisa dibuat tidak terlalu asam sehingga penggunaan gula tambahan sebagai pemanis pun dapat dikurangi karena rasa yoghurtnya sudah enak," terangnya.
Pada kesempatan itu, ia juga mengungkapkan tahun ini pihaknya meluncurkan kampanye Heavenly Tummy untuk mengajak masyarakat Indonesia lebih peduli terhadap kesehatan pencernaan.
"Melalui kampanye ini, kami ingin mengajak setiap orang untuk lebih memerhatikan kesehatan pencernaan. Salah satu cara praktisnya melalui konsumsi yoghurt, sebab penelitian menunjukkan konsumsi yoghurt secara rutin terbukti menyehatkan pencernaan. Harapannya, dengan pencernaan yang sehat, penyakit seperti kanker usus besar nantinya bisa berkurang."
Dengan kampanye itu, lanjut Ivonne, pihaknya juga membantu penderita kanker.
"Setiap orang dapat berpartisipasi dengan menggugah foto bertanda hati di area perut ke akun media sosial dengan hashtag #HeavenlyTummy. Heavenly Blush akan memberikan donasi untuk setiap foto yang dikirimkan, yang seluruhnya akan didonasikan ke Yayasan Kanker Indonesia (YKI) untuk para penderita kanker kolon," pungkasnya.