Headline

Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.

Fokus

Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.

Mempelajari Tipe Manajerial dari Tipe Kepribadian

Andika Putra Pratama PhD Kelompok Keahlian Manajemen Manusia dan Pengetahuan
10/1/2023 08:15
Mempelajari Tipe Manajerial dari Tipe Kepribadian
(Dok. 123RF.com)

PERNAHKAH Anda mendengar tentang tipe kepribadian berdasarkan MBTI (Myers-Briggs Type Indicators)? Dalam teori ini terdapat 16 kategori atau tipe kepribadian dari setiap manusia.

Para peneliti dari Sekolah Bisnis dan Manajemen, Institut Teknologi Bandung (SBM ITB), mengamati bahwa walaupun teori itu banyak digunakan dalam dunia populer, tidak banyak eksplorasi teori ini dilakukan dalam konteks ilmiah. Oleh karena itu, para peneliti berusaha mendokumentasikan bukti seberapa koheren teori ini (yang disebut Jungian personality theory) dengan pengalaman atau tipe manajerial dari beberapa manajer.

Peneliti SBM ITB menggunakan pendekatan phenomenology, yang mengedepankan pengalaman dari tiap-tiap manajer yang diteliti. Para peneliti awalnya menggunakan sebuah alat ukur terkait dengan Jungian personality theory yang dapat diakses secara daring kepada para pegawai di suatu organisasi pendidikan.

Dari hasil pengukuran itu didapati beberapa manajer yang juga mengikuti undangan pengisian alat ukur tersebut. Empat orang manajer lalu disampel untuk kemudian dapat diwawancarai.

Empat orang manajer yang dimaksud memiliki tipe kepribadian yang kurang lebih mirip tapi berbeda, yaitu INTJ (introversion-intuition-thinking-judging), ENTJ (extraversion- intuition-thinking-judging), ISFJ (introversion-sensing-feeling-judging), dan ESFJ (extraversion-sensing-feeling-judging). Tipe kepribadian ini tidak diinformasikan kepada para manajer sebelum mereka diwawancara. Penjabaran tentang tipe-tipe kepribadian ini terdapat dalam Tabel 1.

 

Hasil penelitian dan implikasi

Secara teori, seorang INTJ dan seorang ENTJ memiliki dua fungsi kognitif dominan yang sama yang dinamakan introverted intuition (fungsi paling dominan dari INTJ) dan extraverted thinking (fungsi paling dominan dari ENTJ). Introverted intuition secara dasar menekankan suatu visi atau misi yang ingin dicapai, sedangkan extraverted thinking menekankan pentingnya membangun suatu bentuk sistem yang terorganisasi.

Dalam konteks manajerial, kedua manajer ini sangat memperhatikan atau menekankan efektivitas pekerjaan, khususnya terkait dengan pencapaian tujuan dari pekerjaan tertentu. Dominasi prioritas ini sangat berbeda dengan manajer ISFJ dan manajer ESFJ, yang lebih mengedepankan pentingnya mengikuti prosedur yang sudah ada dan kesejahteraan anggotanya.

Secara teori, seorang ISFJ dan seorang ESFJ memiliki dua fungsi kognitif yang juga sama, yang dinamakan introverted sensing (fungsi paling dominan dari ISFJ) dan extraverted feeling (fungsi paling dominan dari ESFJ). Introverted sensing mengedepankan pengalaman-pengalaman yang tersimpan dalam memori, sedangkan extraverted feeling menekankan harmoninasi nilai dengan lingkungan sekitar.

Dari hasil studi ini, secara umum, seorang manajer xNTJ (baik introvert maupun extrovert) tampaknya akan lebih mementingkan cara mencapai tujuan dengan menciptakan suatu sistem koordinasi atau organisasi tertentu. Namun, seorang manajer xSFJ (baik introvert maupun extrovert) tampaknya akan lebih mementingkan agar cara mencapai tujuan tetap mengikuti prinsip-prinsip yang sudah ada dan memberikan kenyamanan dan/atau kesejahteraan bagi para anggotanya.

 

Apakah para pembaca pernah mendapati manajer atau pimpinan yang memiliki tipe manajerial yang berbeda ini? Ataukah kedua hal ini juga menggambarkan diri pribadi Anda juga?

 

Tidak ada yang sempurna

Dengan memahami beberapa perbedaan dalam tipe kepribadian, para peneliti ingin menyampaikan bahwa pada dasarnya tidak ada aturan yang absolut tentang tipe manajerial yang paling sempurna. Manusia pada dasarnya akan memiliki tipe kepribadian masing-masing, yang sedikit banyaknya bisa memengaruhi cara memimpin dan/atau prioritas tipe manajerial tertentu.

Berdasarkan perbedaan-perbedaan itu mungkin sekali akan terjadi konflik dalam suatu organisasi yang didasari ketidakpahaman dari tiap-tiap tipe kepribadian. Konflik ini dapat diperpanjang dengan saling tuduh dan perundungan.

Seseorang yang menganggap bahwa tujuan organisasi ialah yang paling penting di atas kesejahteraan dan/atau kenyamanan orang-orang di dalamnya akan sangat mungkin terlibat dalam konflik dengan seseorang yang mengedepankan kesejahteraan dan/atau kenyamanan orang-orang di dalamnya ketimbang tujuan organisasi itu sendiri.

Secara praktis, yang dapat dilakukan seseorang untuk dapat mengembangkan diri ialah mulai mempelajari fungsi kognisi yang tidak biasa ia gunakan. Misalnya, apabila terbiasa memikirkan tujuan dari suatu usaha, mungkin ada baiknya ia memikirkan juga sisi positif dari prosedur-prosedur atau prinsip-prinsip yang terkesan ‘menghalangi’. Prosedur atau prinsip itu sebenarnya dapat memberikan pandangan atau perspektif lebih terhadap cara tujuan dapat dicapai dengan lebih baik.

Sebaliknya, apabila kita terlalu berorientasi pada prosedur atau prinsip yang sudah ada, mungkin ada baiknya kita mulai memikirkan bahwa terkadang suatu prosedur juga perlu diperbaiki untuk dapat mencapai tujuan dengan lebih baik.

Pada akhirnya, mempelajari tipe kepribadian diri adalah cara untuk dapat mengembangkan dan memperbaiki diri terutama dalam hal relevansinya terhadap tipe manajerial. Hal ini dengan tetap menyadari kecenderungan naluriah dari diri kita masing-masing.

Penulis juga berargumen bahwa pemahaman terhadap keberagaman manusia secara praktis dapat membantu mencapai Sustainable Development Goals, khususnya yang terkait dengan peace, justice, and strong institutions (Goal #16). (M-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Riky Wismiron
Berita Lainnya