SINCIA dan Imlek merupakan dua hal berbeda tetapi tak dapat dipisahkan. Keduanya merupakan hari besar untuk orang Tionghoa.
Sincia dan Imlek diserap dari bahasa Hokkien dan kemudian digunakan oleh kebanyakan masyarakat Indonesia. Sincia berasal dari kata 新正 atau sinchia yang berarti bulan pertama di tahun yang baru. Sin (新) berarti baru dan chia (正) berarti bulan pertama.
Kemudian imlek berasal dari kata 陰曆 atau imlek yang berarti kalender candra. Kata imlek berasal dari gabungan kata im (陰) yang artinya candra atau bulan dan kata lek (曆) yang artinya kalender. Berikut sejumlah tradisi Sincia dan Imlek.
Bersih-bersih rumah
Satu bulan sebelum bertemu dengan momen Sincia biasanya masyarakat Tionghoa yang akan merayakan segera mencicil membersihkan rumahnya. Tradisi tersebut dilakukan oleh seluruh anggota keluarga.
Bagi keluarga yang memiliki anggota keluarga meninggal dunia, ia tak diperbolehkan untuk membersihkan rumah. Ini juga menjadi alasan tradisi bersih-bersih rumah tetap dilakukan hingga saat ini agar tidak dianggap ada anggota keluarga yang sedang meninggal atau dalam suasana berkabung.
Memakai baju serbamerah
Merah dianggap sebagai lambang keberuntungan atau hoki. Sebisa mungkin busana dan hiasan yang dipakai berwarna merah.
Mendekor ulang rumah
Setelah dibersihkan, rumah kemudian akan dihias dengan pernak pernik seperti lampion dan kertas yang berisi ucapan keberuntungan.
Menggunting rambut
Menggunting rambut dipercaya agar seseorang tidak didatangi kesialan. Tradisi ini merupakan mitos yang masih banyak dilakukan. Beberapa orang bahkan menganggap apabila tak menggunting rambut menjelang Imlek, ia melanggar pantangan dan pasti akan sial.
Membagikan angpao
Seseorang yang sudah berkeluarga biasanya akan membagikan angpao kepada anak-anak dan orangtua. Tradisi ini bertujuan agar dirinya dan keluarga dapat diberikan berkat kesehatan serta umur yang panjang. Sementara pemberian angpao kepada remaja yang belum punya pasangan bertujuan agar mereka segera diberikan pasangan atau jodoh. (OL-14)