Jaga Keimanan Pasca-Ramadan

Fetry Wuryasti
04/7/2016 03:15
Jaga Keimanan Pasca-Ramadan
(ANTARA)

RAMADAN usai. Umat islam memasuki bulan Syawal dan beraktivitas kembali seperti hari-hari sebelum bulan Ramadan.

Namun, sebenarnya pada bulan ini keimanan kita diuji konsistensinya.

Mampu sama seperti ketika Ramadan atau malah menurun.

Ustaz Erick Yusuf menjelaskan, sebetulnya arti dari bulan Syawal adalah peningkatan, dari amalan yang telah dilakukan selama Ramadan.

"Pada Ramadan, umat berlatih bagaimana membiasakan diri melakukan amalan atau ibadah yang intens dalam satu bulan. Ibarat Ramadan seperti pesantren dan ketika Syawal, kita keluar untuk mengimplementasikan apa yang kita pelajari," ujarnya saat dihubungi, Sabtu (2/7).

Pastinya, menjaga amalan dan ibadah lebih sulit daripada meraih. Oleh karena itu Allah mengajarkan agar manusia disiplin, memotivasi diri sendiri dengan khauf (takut) akan tidak mendapat apa-apa selama bulan Ramadan dan raja' (berharap), terus berharap mendapat rida Allah di dalam bulan Ramadan.

"Makanya menurut ulama, salah satu ciri orang mendapat malam lailatulkadar adalah ketika sebelum Ramadan dia melakukan keburukan, di bulan Ramadan dia memperbaiki atau bertaubat. Kemudian setelah usai, dia memperbaiki atau berubah menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila setelah bulan Ramadan orang malas ibadah boleh jadi amal-amal di bulan suci tidak berbekas," jelasnya.

Oleh karena itu, yang pertama harus dilakukan dengan niat. Innama'l a'malu binniyat.

Sesungguhnya perbuatan itu bergantung pada niat.

Agar setelah bulan Ramadan amalan lebih konsisten, hingga istikomah.

Kedua, bagaimana memotivasi diri.

Ketiga, mendisiplinkan diri dalam arti tidak lengah dan malas untuk menjalankan salat, dengan masuk ke pemahaman ilmu agama.

Keempat, terus mencari ilmunya dengan tujuan memberikan pemahaman kepada diri supaya bukan lagi melakukan amalan untuk mengejar sesuatu, tetapi karena butuh.

Seperti salat, bukan sekadar menggugurkan dosa, tapi menyegarkan jiwa.

Kelima, orang yang ingin menjaga keimanannya harus bergaul dengan mereka yang memiliki visi sama.

"Itu alasan kenapa di dalam hadis dianjurkan bergaul dalam orang-orang saleh. Sehingga memotivasi kita tidak malas beribadah, agar seusai Ramadan amalan tetap terjaga."

Menjemput hidayah

Lebih lanjut, ustaz Erick Yusuf menekankan kepada mereka yang masih belum berpuasa dan salat, bahwa hidayah harus dijemput.

"Hidayah terambil dari kata al huda yang berarti petunjuk. Banyak orang yang belum mau beribadah salat ataupun puasa, beralasan belum mendapat hidayah. Tidak seperti itu. Sebenarnya hidayah sudah diturunkan Allah. Dalam Quran Surat Al Baqarah ayat 185, Syahru Ramadhana alladzi unzila fihil Qur'an, hudan linnaasi."

Kemudian, agar tidak terbebani, cara seseorang melihat agama harus sebagai tuntunan, dan bukan aturan.

"Agama disebut dalam Al Baqarah 257, zulumati ilan nur, menuntun kita dari gelap menuju cahaya, membuat kita selamat dalam perjalanan,"

Padahal kalau memaksimalkan diri mencari dan menggali, manusia mampu melihat cara supaya selamat dunia akhirat.

"Jangan menunggu karena bulan Ramadan saja. Kita tidak pernah tahu bisa bertemu lagi atau tidak. Idza jaa anasrullahi waalfat-h, dari ayat pertama surat An Nasr, Allah memberi tahu apabila langit terbuka dan pertolongan Allah turun. Artinya, manusia tidak boleh diam. Harus berikhtiar menjemput pertolongan Allah. Kita berjalan satu langkah, insya Allah, Allah mendekat dengan berlari," tutupnya. (Try/H-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Msyaifullah
Berita Lainnya