Headline
Presiden Prabowo berupaya melindungi nasib pekerja.
Laporan itu merupakan indikasi lemahnya budaya ilmiah unggul pada kalangan dosen di perguruan tinggi Indonesia.
PEREBUTAN ‘kursi’ di perguruan tinggi negeri (PTN) masih berlanjut pascapengumuman penerimaan mahasiswa dari jalur seleksi bersama masuk perguruan tinggi negeri (SBMPTN), kemarin. Sebelumnya, dilakukan jalur penerimaan mahasiswa melalui seleksi nasional masuk perguruan tinggi negeri (SNMPTN).
Alternatif akhir meraih ‘kursi’ di PTN ialah jalur mandiri. Sebagian besar PTN menyelenggarakan penerimaan mahasiswa melalui jalur mandiri. Hanya beberapa PTN tidak melakukan penerimaan mahasiswa di jalur yang banyak dikenal dengan ‘harga mahal’, antara lain Universitas Padjadjaran dan Institut Teknologi Bandung (ITB).
Pemerhati pendidikan Totok Amin Soefijanto mengingatkan PTN agar tidak hanya menaikkan partisipasi dan akses, apalagi jorjoran menaikkan uang masuk. Namun, PTN agar tetap membidik mutu dan membuat terobosan ilmu pengetahuan dalam penerimaan mahasiswa melalui jalur mandiri.
“Iya, tentu ada kesan mahal di jalur ini karena PTN menerapkan biaya kuliah yang ‘mandiri’ juga alias mahal,” kata Totok kepada Media Indonesia, di Jakarta, kemarin.
Bahkan, Totok yang juga dosen Universitas Paramadina mengusulkan dilakukan perubahan tata cara seleksi masuk PTN dari massal menjadi spesial. Maksudnya, terdapat mekanisme yang memfasilitasi keinginan dan kemampuan calon mahasiswa untuk masuk perguruan tinggi pilihan. Hal itu, jelasnya, bisa dilakukan dengan cara berbasis ICT, yakni setiap perguruan tinggi dapat menerapkan sistem seleksi masuk masing-masing sesuai dengan visi dan misinya. “Jalur mandiri ini sebenarnya menjadi embrio untuk sistem yang saya sebutkan tadi. Selain itu, perlu tes masuk yang lebih subjektif, yaitu dengan menulis esai dan wawancara. Tidak cukup lagi tes masuk PT hanya dengan pilihan ganda,” ujarnya.
Ia mencontohkan, di Amerika Serikat, calon mahasiswa memilih PT dengan mengisi aplikasi, yang antara lain menulis beberapa esai. “Kemampuan menulis sangat penting untuk sukses studi mereka kelak,” tukasnya.
Simak
Wakil Rektor Universitas Indonesia (UI) Bambang Wibawarta menjelaskan penerimaan mahasiswa melalui jalur mandiri di UI ialah Seleksi Masuk Universitas Indonesia atau biasa disebut Simak UI.
Bambang mengungkapkan mandiri dalam jalur Simak UI bukan berarti berbiaya mahal. “Sama sekali bukan. Biayanya sama dengan yang diterima melalui jalur SNMPTN dan SBMPTN. Mandiri artinya UI tidak bersama-sama universitas lain, dikelola UI sendiri dengan mengadakan ujian serentak di beberapa daerah di Indonesia,” paparnya di Jakarta, kemarin.
Simak UI telah berlangsung pada 5 Juni lalu dan digelar di 20 kota. “Kuota Simak 20% dari keseluruhan sekitar 500 mahasiswa,” ungkapnya. Namun, Bambang tidak menjawab berapa rincian anggaran biaya masuk melalui Simak UI tersebut.
Hal yang sama juga dilakukan Rektor Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Djaali. Ia enggan mengungkapkan kisaran biaya masuk UNJ. “Daya tampung untuk jalur mandiri sekitar 1.500 orang. Soal biaya masuk, lihat di web UNJ. Saya tidak ingat,” cetusnya.
Pendaftaran jalur mandiri di UNJ masih berlangsung dan ujian masuk dilaksanakan pada 23 Juli 2016.
Di sisi lain, Rektor Universitas Negeri Semarang (Unnes) Fathur Rokhman mengemukakan kuota jalur mandiri di Unnes menerima sebanyak 1.952 calon mahasiswa dengan biaya masuk berdasarkan pada uang kuliah tunggal (UKT) Rp0 hingga Rp7 juta. “Penetapan UKT berdasarkan data ekonomi orangtua yang diisi melalui pendaftaran. Untuk UKT terendah dengan kategori 1-2 membayar Rp0-Rp2 juta, itu sekitar 5% dari jumlah mahasiswa yang dterima,” kata Fathur.
Pendaftaran jalur mandiri Unnes telah dibuka sejak 1 Juni-14 Juli dan menggelar tes masuk 23-24 Juli 2016. (S-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved