Headline
AS ikut campur, Iran menyatakan siap tutup Selat Hormuz.
Tren kebakaran di Jakarta menunjukkan dinamika yang cukup signifikan.
SATELIT Lapan A3/IPB mulai mengorbit. Satelit yang mengemban misi utama memantau sumber daya pangan itu diluncurkan di Pusat Antariksa Satish Dhawan, Sriharikota, India, kemarin pukul 10.55 WIB atau pukul 03.55 waktu setempat. Lapan A3/IPB diluncurkan menumpang roket PSLV-C34 milik India.
Lapan-A3/IPB akan mengelilingi bumi 14 kali dan melintasi Indonesia 4 kali sehari. Selain memantau lahan pertanian, Lapan A3/IPB juga memantau perairan laut, dan mengukur medan magnet bumi. Satelit itu juga akan menguji coba peralatan-peralatan yang dikembangkan ilmuwan Lapan (Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional).
Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla mengapresiasi peluncuran Lapan A3/IPB. Menurut Kalla, penggunaan teknologi satelit dalam memantau kekayaan alam dan laut Indonesia dapat turut berkontribusi mendorong kemajuan perekonomian nasional.
“Kita semua selalu memahami kemajuan negara dan produktivitas dapat didorong dengan teknologi dan sistem. Kita bicara perikanan. Ikan dapat ditangkap dengan menfaatkan teknologi dan sistem yang lebih baik,” ujar Wapres seusai menyaksikan peluncuran satelit via live streaming di Pusat Teknologi Wahana Dirgantara Lapan di Bogor, Jawa Barat, kemarin.
Kalla menambahkan, Indonesia merupakan negara yang sangat luas dan kaya akan sumber daya alam, dengan 75% di antaranya merupakan laut.
“Karena itu, kita harus mengetahui (informasi perikanan) lebih baik. Pentingnya informasi tidak (hanya) diketahui di sini (Lapan), tapi diketahui nelayan kita di mana pun. Tentu pemerintah dan nelayan memanfaatkan ini,” cetus Kalla.
Satelit Lapan generasi ketiga itu memiliki berat 115 kg. Muatan penginderaan jauh satelit itu mampu menangkap objek sebesar 4 meter persegi dengan sangat jelas.
Kalla berharap data yang dikumpulkan Lapan A3/IPB dan satelit Lapan lainnya bisa dibagi kepada instansi pemerintah lainnya. Dengan begitu, pemerintah tak akan keliru menelurkan kebijakan di bidang pangan.
“Kalau saat ini, (data pangan) dikira-kira kasatmata, maka terjadi kekacauan. Data Lapan dibagi ke instansi seperti BPS. (Supaya) jangan rumput disangka padi. Ini teknologi untuk mengecek lebih detail kekayaan alam Indonesia,” tandasnya.
Kepala Lapan Thomas Djamaluddin mengatakan sistem yang dibangun pada satelit tersebut akan membantu pemantauan kondisi alam Indonesia yang mempunyai tingkat biodiversitas tinggi. “Salah satu fokus program kami, yaitu pengembangan pemantau maritim, layanan zona tangkap ikan, arah angin, suhu air, dan tingkat klorofil dalam laut,” ujarnya.
Satelit itu, tambah Thomas, dapat mendeteksi cuaca ekstrem sehingga nelayan bisa mengetahui saat aman untuk melaut. Pembuatan Lapan A3/IPB menghabiskan sekitar Rp60 miliar. Pendahulunya, Lapan A1 dan Lapan A2, menghabiskan dana Rp35 miliar dan Rp50 miliar. (Deo/H-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved