Headline

Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.

Fokus

Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.

Bakar Uang yang Wajar

Siti Retno Wulandari
19/6/2016 07:31
Bakar Uang yang Wajar
(MI/Arya Manggala)

SUDAH bakar uang berapa dia?” Begitu pertanyaan yang dilontarkan dalam sebuah forum daring tentang bisnis startup yang sedang dijalani seseorang. Pertanyaan ini tidak aneh.

Konsep keuangan startup memang akrab dengan konsep bakar uang (cash burn). Kondisi ini terjadi jika pengeluaran masih lebih besar dari pendapatan.

Jika startup tidak mendapatkan dana investasi, tentu saja riwayat mereka bakal berakhir. Faktor kehabisan uang inilah yang disebut CB Insight sebagai faktor kedua terbesar bangkrutnya startup. CB Insight ialah perusahaan basis data modal ventura dan angel investor yang berbasis di New York, Amerika Serikat.

Berapa lamanya kondisi cash burn dialami sebuah perusahaan startup memang tidak dapat dipastikan. Namun, sebagai gambaran, salah satu startup terbesar di bidang agen travel saja membutuhkan waktu sekitar 1,5 tahun hingga mencapai pendapatan yang diinginkan.

Karena itu, mereka memiliki kesiapan dana untuk 2-3 tahun sejak pendirian. “Ongkos paling besar untuk marketing dan gaji. Kami proyeksi dana untuk 2-3 tahun. Setelah itu kami berjalan dengan memutar uang yang kami dapat. Di tahun ketiga, modal sudah kembali,” tutur Co-Founder sekaligus Chief Technology Officer (CTO) Tiket.com, Natali Ardianto, kepada Media Indonesia, Rabu (15/6).

Kesiapan dana di awal memang harus panjang karena komisi dari penjualan tiket, diakuinya, kecil. “Paling besar dari maskapai. Kereta api malah terbilang sangat kecil,” katanya tanpa mau menyebutkan angka pasti.
Namun, di samping itu, Natali mengungkapkan perusahaannya punya cara agar tidak terus membakar uang dan kemudian harus menggalang dana investor lagi.

Caranya ialah dengan tidak tergiur ke perang harga. Cara ini memang seolah cepat menarik pembeli produk, tetapi akhirnya bisa menghabiskan modal. Pasalnya, pembeli akan mudah beralih ke kompetitor yang menawarkan harga lebih murah. Jika sudah begitu startup akan terkuras dana dan akhirnya memaksa mereka melakukan penggalangan dana investor lagi.

Pendanaan awal itu didapatkan dari angel investor. Dalam dunia startup istilah itu dikenal sebagai individual yang memiliki dana besar dan mereka tidak terkait pada firma atau perusahaan modal ventura.

Angel investor seringkali menjadi investor idaman karena mereka umumnya menyuntikkan dana tanpa banyak aturan. Mereka memberi keleluasaan pada pengusaha stratup untuk menggunakan uang tersebut guna membesarkan perusahaan.

Angel investor juga yang disebut Ginanjar Seladipura menjadi pemodalnya. Pria 33 tahun ini baru akan terjun ke startup. Ia telah mendapatkan empat angel investor meski skala kecil.
Di luar negeri, angel investor pula yang disebut-sebut berada di balik kesuksesan perusahaan digital dunia, termasuk Facebook.

Indonesia masih sehat
Mekanisme cash burn disadari benar oleh investor, baik angel investor maupun perusahaan-perusahaan modal ventura. Partner di Convergence Ventures, Donald Wihardja menilai cash burn memang bagian dari kebutuhan untuk membesarkan startup.

Donald yang telah berkecimpung di bidang ini sejak 1998 mengaku tidak ada level cash burn yang menjadi patokan untuk perusahaannya tetap mendukung sebuah stratup. “Selama startup bergerak maju dan mencapai target ya kami percaya, nantinya untuk menjadi lebih besar burn rate-nya pun juga semakin tinggi, kami menyebutnya dana investasi, untuk mendatangkan konsemuen,” saat ditemui di kantornya kawasan Karet, Jumat(17/6).

Karena itu, pendanaan dalam bentuk saham yang dilakukan perusahaannya diberikan dalam jangka waktu cukup panjang, yakni sekitar 4 tahun. Di sisi lain Donald juga tidak sepakat jika cash burn rate mencapai 80% dari dana investasi.

Pemakluman akan adanya cash burn juga dikatakan managing partner pada perusahaan modal ventura, Ideosource, Andi S Boediman. Malah menurutnya, startup yang bisa membesarkan perusahan dengan cepat, biasanya memiliki cash burn yang juga besar.

Jika Convergence Venture menanamkan modalnya ke bentuk saham, Ideosource juga melakukan pendanaan dalam bentuk obligasi konversi.

Soal kondisi startup Indonesia, meski beberapa perusahaan telah tutup, Donald menilai secara keseluruhan masih bagus. “Ekosistemnya masih berkembang, saya masih optimis karena masih banyak potensi yang belum digarap di Indonesia. Kapabilitas tim dan iklim kompetisi juga harus dibangun,” ungkap pria yang juga menjadi Wakil Ketua Asosiasi Modal Ventura dan Startup Indonesia (AMVESINDO).

Convergence Venture sendiri memiliki target pembiayaan US$10 juta untuk waktu tiga tahun yang dibagi kepada 25-30 perusahaan. Hingga saat ini, pihaknya baru mengucurkan kepada 16 startup sejak mulai didirikan dua tahun lalu.

“Investor lokal biasanya akan melirik startup yang sudah punya rekam jejak, sekitar 6-12 bulan. Kisarannya untuk seed series itu Rp1 miliar-Rp5 miliar, series A Rp10 miliar-Rp40 miliar, dan series B US$5 juta-US$15juta,” jelasnya.

Dengan besarnya dana yang digelontorkan, tidak heran publik banyak bertanya mengenai tujuan akhir para investor. Terlebih dengan masih besarnya risiko di bisnis startup. Mengenai tujuan akhir itu Donald lugas menyatakan bahwa penawaran saham perdana ke publik (IPO) ataupun merger dalah impian mereka. Di luar negeri, startup yang sukses memang bisa menghasilkan nilai penjualan yang sangat besar. (M-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya