Headline

Presiden Prabowo berupaya melindungi nasib pekerja.

Fokus

Laporan itu merupakan indikasi lemahnya budaya ilmiah unggul pada kalangan dosen di perguruan tinggi Indonesia.

Sukacita Sambut Bulan Suci

Kristiadi
06/6/2016 07:30
Sukacita Sambut Bulan Suci
(ANTARA/ANIS EFIZUDIN)

KEPASTIAN awal puasa tahun ini sudah diyakini masyarakat Kota Banjar akan jatuh pada Senin (6/6). Untuk menyambut bulan suci Ramadan yang ditunggu-tunggu, ratusan santri Pondok Pesantren Al-Kaustar, Desa Jajawar, Kota Banjar, Jawa Barat, kemarin (Minggu, 5/6), menggelar pawai obor sebagai salah satu tradisi tahunan untuk menyambut awal puasa.

Satu persatu santri terlihat membawa bambu sepanjang 1 meter berisikan bahan bakar minyak tanah dengan sumbu di ujung atas yang dibakar.

"Kami menggerahkan 450 santri untuk mengikuti tradisi tahunan menyongsong bulan Ramadan tahun ini. Pawai ini bukan sekadar jalan-jalan, melainkan sebuah refleksi jiwa dalam menghadapi bulan penuh kemuliaan," kata Ketua Pondok Pesantren Al- Kaustar, Muhammad Ridwan.

Kegiatan tersebut diikuti seluruh santri dan masyarakat di sekitar lingkungan pondok pesantren. Pawai obor itu merupakan tradisi tahunan. Mereka juga mencoba untuk kreatif dan damai dalam melakukan sesuatu hal yang sifatnya syiar kepada masyarakat. "Kami mendapatkan tanggapan postif dari warga yang menaruh harapan untuk tahun berikutnya harus bisa lebih meriah lagi," ujar Ridwan.

Suara takbir terdengar berkumandang mengiringi perjalanan pawai sepanjang 5 kilometer menyusuri perkampungan dan jalan raya. Toyib Al Gumam, 17, seorang peserta pawai mengatakan tradisi itu merupakan bentuk rasa bahagia dan semangat menyambut Ramadan juga sebagai penyemangat dalam menjalankan ibadah.

Di Ciamis, Jawa Barat, tepatnya di Desa Jaya Giri, Kecamatan Panumbangan, yang berada di kaki Gunung Sawal, kedatangan Ramadan selalu disambut berbagai kegiatan kesenian khas Sunda yang dilakukan turun-temurun, di antaranya sisingaan, wayang landung, dan bebeging. Wayang landung panjalu menjadi magnet tersendiri bagi masyarakat.

Kegiatan yang terangkum dalam Karnaval Jagir Festival itu digagas dan dilakukan Kementerian Pariwisata sekaligus sebagai momentum tahunan untuk mengembangkan potensi desa wisata.

Di luar itu, warga Desa Jaya Giri juga mengabadikan momentum menjelang awal Ramadan dengan cara menggelar syukuran dan tetap mempertahankan kesenian, terutama kesenian khas Sunda, seperti angklung, pawai motor hias, dan pawai peternak ikan yang melibatkan warga, seniman, budayawan, dan pelajar dengan menggunakan pakaian adat Nusantara.

Tradisi dlugdag
Untuk menandai masuknya bulan Ramadan, tradisi dlugdag dilakukan di Keraton Kasepuhan, Cirebon, kemarin. Diawali salat ashar di langgar Agung Keraton Kasepuhan, tradisi dlugdag atau membunyikan beduk pun dihelat.

Pemukulan beduk pertama kali dilakukan Sultan Sepuh XIV PRA Arief Natadingrat. Dimulai dari suara rendah, dengan khusyuk Sultan Sepuh pun memukul beduk yang sudah berusia sekitar 400 tahun itu.

Dari nada rendah kemudian nada menengah dan dilanjutkan dengan nada tinggi. Seusai Sultan Sepuh, pemukulan beduk dilakukan berturut-turut oleh penghulu masjid dan dilanjutkan oleh abdi dalem Keraton Kasepuhan

"Dari nada ini menandakan siklus kehidupan manusia yang dimulai dari lahir, balita, remaja, dewasa, dan tua hingga akhirnya kembali kepada Sang Pencipta," kata Arief.

Tradisi dlugdag pun menandakan telah berakhirnya bulan Syakban dan memasuki bulan Ramadan. "Nanti malam kita sudah mulai melakukan salat tarawih."

Dikisahkan, pada zaman para sunan dulu, lanjut Arief, beduk memiliki fungsi yang penting untuk memberitahukan apa pun yang terjadi kepada khalayak ramai.

Selanjutnya Arief pun berharap setiap muslim bisa menjalankan ibadah puasa dengan baik dan khusyuk. "Mari kita cari berkah Allah di bulan yang suci ini," pungkasnya.(UL/H-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Panji Arimurti
Berita Lainnya