Headline
Presiden Prabowo berupaya melindungi nasib pekerja.
Laporan itu merupakan indikasi lemahnya budaya ilmiah unggul pada kalangan dosen di perguruan tinggi Indonesia.
MENYAMBUT bulan puasa atau bulan suci Ramadan, setiap daerah di Indonesia memiliki tradisi yang berbeda. Seperti di Provinsi Bangka Belitung.
Masyarakat Desa Penyampak, Kecamatan Tempilang, Kabupaten Bangka Barat, menyambut bulan suci dengan pesta adat dodol dan dan Desa Tempilang dengan perang ketupat.
Tradisi memasak dodol secara bersama ini dikemas dalam Pesta Adat Dodol Bergema yang dilaksanakan di lapangan sepak bola desa setempat dengan 51 kawah (wajan).
Dulu memasak dodol berawal dari rasa syukur masyarakat terhadap panen padi. Untuk mewujudkan rasa syukur itu, masyarakat diharuskan membuat raja kue yang disebut dodol. Setiap yang membuat kue dodol zaman dulu dianggap memiliki kehidupan mewah karena telah bersyukur atas panen padi.
Untuk membuat dodol ala Desa Penyamak, menurut Kepala Desa Penyampak Alani, 47, dibutuhkan ketan, santan, gula merah, gula pasir, garam, dan air yang diaduk dalam satu kawah atau tempat memasak.
“Bahan-bahan itu disatukan dalam kawah kemudian diaduk selama 8 jam, setiap 5 kg bahan menghasilkan 3 kg dodol,” ceritanya.
Sampai tahun ini, diceritakan Alani, Pesta Adat Dodol Bergema sudah dilaksanakan enam kali. Namun pada pelaksanaan kali ini, jumlah kawahnya berkurang. “Mungkin faktor ekonomi kita yang menurun sehingga jumlah kawah tahun ini berkurang dari 70 kawah menjadi 51 kawah,” terangnya.
Gubernur Provinsi Bangka Belitung Rustam Efendi yang menghadiri Pesta Adat Dodol Bergema mengatakan tradisi dodol ini harus tetap dijaga dan dilestarikan. Dengan tradisi ini, dia yakin akan meningkatkan kunjungan wisata ke Bangka Belitung.
Selain pesta dodol, di Provinsi Bangka Belitung, tepatnya di Desa Tempilang, Kabupaten Bangka Barat, melaksanakan perang ketupat.
Perang ketupat, dikatakannya, diadakan di pinggir pantai. Sebelum masyarakat saling lempar ketupat, harus dilakukan ritual oleh dukun kampung. “Setiap rumah harus buat ketupat, lalu dibawa ke pinggir pantai, tapi sebelum perang, dukun kampung harus menggelar ritual dulu,” cerita Rustam.
“Saya yakin tradisi dodol dan perang ketupat ini, dari sekian banyak tradisi di Babel, mampu meningkatkan kunjungan wisatawan, baik lokal maupun mancanegara,” ucap Rustam.
Jalan santai
Menjelang Ramadan, ribuan warga Kabupaten Sorong, Papua Barat, dimotori oleh Forum Komunikasi Umat Beragama (FKUB), mengikuti jalan santai bersama, kemarin.
Dari pantauan Media Indonesia, jalan santai bersama itu dilepas oleh Bupati Sorong Stefanus Malak beserta pengurus FKUB dan muspida plus lainnya di Aimas Convention Center (ACC). Jalan santai finis di Alun-Alun Aimas yang berjarak sekitar 2 km.
Dalam sambutannya, Stefanus mengatakan kegiatan jalan santai bersama menjelang Ramadan ini untuk memupuk tali silaturahim antarwarga yang ada di Kabupaten Sorong, dari berbagai suku dan agama.
‘’Jalan santai bersama ini untuk memupuk toleransi bersama antarwarga dan umat beragama yang berada di Kabupaten Sorong,’’ kata Stefanus. Lebih lanjut Stefanus mengatakan kegiatan jalan santai itu dilakukan setiap tahun dan dibiayai oleh Pemda Kabupaten Sorong.
Pada kesempatan itu, Stefanus juga meminta warga Kabupaten Sorong menjaga ketertiban dan keamanan selama Ramadan agar tercipta toleransi antarumat beragama.
Dalam acara jalan santai itu juga dibagikan doorprize sebanyak 10 ekor sapi bagi warga peserta yang beruntung. (MS/H-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved