Headline
Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.
Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.
ISTILAH gaslighting sedang ramai dipakai di media sosial dan kerap dipakai oleh banyak orang, tetapi apakah kita sudah tahu makna dari istilah tersebut? Ya, istilah gaslighting berasal dari film yang berjudul “Gaslight”. Dalam film tersebut, tokoh suami memanipulasi sang istri untuk meyakinkannya bahwa ia akan gila.
Gaslighting adalah bentuk manipulasi yang biasanya terjadi dalam hubungan yang tidak sehat. Hal ini juga dapat terjadi dalam hubungan kerja, pertemanan, hingga keluarga. Bentuk manipulasi ini dilakukan oleh seseorang untuk terlihat berkuasa dan dapat mengontrol orang lain dengan cara membuat korbannya tidak yakin dengan dirinya sendiri.
Perasaan tidak menentu yang dialami oleh korban akan melemahkan psikologi mereka. Sehingga bisa mengakibatkan mereka merasa depresi, tidak percaya diri, sampai terjadinya mental breakdown. Baik disengaja maupun tidak, gaslighting adalah salah satu bentuk manipulasi.
Tanda–Tanda Gaslighting
Bila akhir-akhir ini kamu merasa seperti semua yang kamu lakukan salah, sering meminta maaf atau selalu menyalahkan diri sendiri setiap ada kesalahan, hati-hati, bisa jadi kamu sudah mengalami gaslighting.
Baca juga: Gaslighting, Kekerasan Psikis dalam Hubungan tidak Sehat
Hal ini karena pelaku gaslighting tahu sensitivitas dan kelemahan kamu, serta ahli dalam menggunakan kedua hal tersebut untuk menjatuhkanmu. Ia dapat membuat kamu merasa bersalah, tidak pernah merasa cukup baik, dan selalu meminta maaf karena menganggap semua hal adalah akibat kesalahanmu.
Lalu, apa sih yang harus kita lakukan saat menjadi korban gaslighting?
Bila kamu berada di dalam hubungan yang tidak sehat dengan seseorang dan menjadi korban gaslighting, langkah pertama yaitu segera menyadari bahwa diri kamu adalah korban gaslighting.
Kemudian bergegas meminta bantuan dari tenaga profesional, seperti psikiater, psikolog atau terapis. Para profesional tersebut dapat membantu korban memahami dan keluar dari keraguan serta ketakutan yang dialami. Korban akan diajak untuk belajar mengelola keraguan dan kecemasan serta mengembangkan keterampilan untuk mengatasinya.(OL-5)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved