Headline
Presiden Trump telah bernegosiasi dengan Presiden Prabowo.
Presiden Trump telah bernegosiasi dengan Presiden Prabowo.
Warga bahu-membahu mengubah kotoran ternak menjadi sumber pendapatan
PENYAIR angkatan 1966 Taufiq Ismail menyebutkan bahwa komunis telah membantai 120 juta orang di 75 negara selama periode 1917-1991, sehingga harus dilawan.
"Selama 74 tahun komunis itu rata-rata membunuh 1.621.621 orang setiap tahun atau 4.504 orang per hari atau tiga orang per menit di 75 negara," ujarnya seperti diwartakan Kantor Berita Antara di Jakarta, Jumat (27/5).
Sastrawan yang menandatangani Manifesto Kebudayaan (Manikebu) itu mengungkapkan bahwa komunis melakukan kudeta di 75 negara selama 69 tahun pada 1918-1987, dan berhasil mendirikan 28 negara komunis di dunia.
Uni Soviet merupakan negara terbesar yang melakukan pembantaian, yakni 61 juta orang. "Dari jumlah itu, Stalin (mantan penguasa Soviet Joseph Stalin) bertanggung jawab atas pembantaian terhadap 43 juta orang, sekitar 39 juta orang mati di kamp-kamp kerja paksa. Pada saat itu pegawai negeri yang menentang komunis dipecat dan disuruh kerja paksa tanpa diberi makan," ujarnya.
Selanjutnya, pelaku pembantaian terbesar kedua ialah Komunis China. Sejak 1949 hingga 1987, komunis di Negeri Tirai Bambu itu telah membunuh 40 juta warga setempat.
Disusul oleh Kamboja di bawah rezim Khmer Merah pimpinan Pol Pot yang selama periode April 1975-Desember 1978 telah membantai 2 juta orang atau 28,57% dari jumlah penduduk.
"Korban total seluruh Perang Dunia, perang lokal abad ke-20 hanya 38 juta jiwa atau 1/3 korban komunis," ujar Taufiq yang semasa kuliah aktif di organisasi Pelajar Islam Indonesia (PII) itu.
Selain itu, jumlah penduduk 28 negara yang melarikan diri mencapai 35 juta orang karena tidak tahan dengan kemelaratan dan penindasan selama periode 1917-1971.
Di dunia, lanjut dia, terdapat empat algojo komunisme, yakni (Vladimir) Lenin di Soviet selama periode 1917-1923 telah membunuh 500 ribu orang, Stalin pada 1925-1953 membunuh 43 juta orang, Mao Tse-tung di China selama periode 1947-1976 sebanyak 70 juta orang, dan Pol Pot di Kamboja membunuh 2 juta orang pada 1975-1979.
"Sebagian karena mati kelaparan, kegagalan panen, dan ekonomi," paparnya.
Menariknya, pimpinan Nazi dari Jerman Adolf Hitler mengagumi Stalin. Namun, Hitler membantai 25,6 juta jiwa, sedangkan Stalin membantai 43 juta.
"Komunis secara terang-terangan menulis tujuan mereka adalah merebut kekuasaan dengan kekerasan, tapi Partai Komunis di seluruh dunia menutup-nutupinya," ujar penulis lagu berjudul 'Ketika Kaki dan Tangan Bicara' yang dipopulerkan mendiang Chrisye itu.
Oleh karena ideologinya yang muluk-muluk, sebanyak 24 negara sosialis-komunis tersebut pada 1991 bubar berantakan. "China dan Vietnam berkhianat secara ideologi karena mengambil jalan kapitalis yang saat ini menjadi makmur, sedangkan Korea Utara dan Kuba bertahan secara ideologis, tapi rakyatnya tetap melarat sampai sekarang," tuturnya.
Sementara di Indonesia, komunis (PKI) telah tiga kali berupaya merebut kekuasaan, yakni pada 1926, 1948, dan 1965. Namun, ketiga-tiganya gagal dan sejak 1966, komunis menjadi partai terlarang.
"Walau begitu, ideologi ini diam-diam bergerak terus atas dasar dendam. Oleh sebab itu, mari kita bersama membasmi kebodohan, memberantas kemiskinan, menghabisi korupsi, meredam kekerasan dan anarki demi tegaknya hukum dan keadilan di negeri kita," kata Taufiq, menegaskan. (Ant/OL-5)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved