Headline

Presiden Trump telah bernegosiasi dengan Presiden Prabowo.

Fokus

Warga bahu-membahu mengubah kotoran ternak menjadi sumber pendapatan

Kisah Nabi Adam dan Pembangkangan Iblis

Quraish Shihab
21/6/2015 00:00
Kisah Nabi Adam dan Pembangkangan Iblis
()
TAFSIR Al-Misbah kali ini akan membahas kandungan Alquran Surat Thaha ayat 115 sampai 126.

Ayat-ayat tersebut bercerita mengenai kisah Nabi Adam dan perilaku iblis yang membangkang kepada Allah SWT.

Ayat 115 mengandung makna bahwa Allah telah memberikan pesan kepada Nabi Adam agar tinggal di surga dan jangan sesekali mendekati pohon buah khuldi.

Namun, Nabi Adam lupa dan terbujuk rayuan iblis.

Pada ayat 116 ketika Allah memerintahkan malaikat dan iblis untuk bersujud kepada Nabi Adam, iblis justru menolak, sedangkan para malaikat bersujud kepada Nabi Adam.

Selanjutnya pada ayat 117 Allah SWT berfirman, "Wahai Adam! Sungguh ini (iblis) musuh bagimu dan bagi istrimu, maka sekali-kali jangan sampai dia mengeluarkan kamu berdua dari surga, nanti kamu celaka."

Lalu pada ayat 118 Allah SWT menambahkan, "Sungguh, ada (jaminan) untukmu di sana, engkau tidak akan kelaparan dan tidak akan telanjang."

Di ayat 119 Allah melanjutkan, "Dan sungguh, di sana engkau tidak akan merasa dahaga dan tidak akan ditimpa panas matahari."

Kedua ayat tersebut menjelaskan bahwa kehidupan di surga sangat nyaman.

Di surga, Nabi Adam tidak akan merasakan kelaparan dan kehausan.

Nabi Adam juga akan mendapatkan pakaian yang cukup. Panas matahari pun tidak akan mengenai tubuh Nabi Adam.

Ayat 120 menceritakan bagaimana setan membisikkan pikiran jahat kepada Nabi Adam, "Wahai Adam, maukah aku tunjukkan kepadamu pohon keabadian (khuldi) dan kerajaan yang tidak akan binasa?"

Ayat tersebut menceritakan bagaimana iblis dengan tipu dayanya menggoda Nabi Adam untuk memakan buah yang terdapat di pohon khuldi padahal Allah telah melarang Nabi Adam untuk mendekati pohon tersebut apalagi memakannya.

Lalu di ayat 121 dijelaskan pada akhirnya Nabi Adam tergoda oleh bujuk rayu iblis dan memakan buah tersebut bersama istrinya, Hawa.

"Lalu, tampaklah oleh keduanya aurat mereka, dan mulailah keduanya menutupi dengan daun-daun (yang ada di) surga, dan telah durhakalah Adam kepada Tuhannya, dan tersesatlah dia."

Yang dimaksud 'durhaka' pada ayat ini ialah melanggar larangan Allah karena lupa atau tidak sengaja.

Adapun yang dimaksud dengan 'sesat' ialah mengikuti apa yang dibisikkan setan.

Kesalahan Nabi Adam, meskipun tidak begitu besar menurut ukuran manusia biasa, sudah dinamakan durhaka dan sesat karena tingginya martabat Nabi Adam.

Kejadian itu juga dimaksudkan sebagai teladan bagi orang besar dan para pemimpin agar menjauhi perbuatan-perbuatan yang terlarang, bagaimanapun kecilnya.

Kemudian pada ayat 122 disebutkan bahwa Allah SWT memilih Nabi Adam untuk menjadi orang yang dekat kepada-Nya dan Allah menerima tobatnya serta memberi petunjuk.

Allah berfirman kepada Nabi Adam pada ayat 123, "Turunlah kamu berdua dari surga bersama-sama, sebagian kamu menjadi musuh bagi sebagian yang lain. Jika datang kepadamu petunjuk dari-Ku, maka (ketahuilah) siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, dia tidak akan sesat dan tidak akan celaka."

Lalu Allah menambahkan pada ayat 124, "Dan siapa yang berpaling dari peringatan-Ku, maka sungguh, dia akan menjalani kehidupan yang sempit, dan Kami akan mengumpulkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta."

Kedua ayat tersebut menjelaskan bahwa Allah memperingatkan agar manusia selalu mengikuti petunjuk Allah.

Dilanjutkan pada ayat 125 saat manusia bertanya kepada Allah, "Ya, Tuhanku, mengapa Engkau kumpulkan aku dalam keadaan buta, padahal dahulu aku dapat melihat?"

Allah pun menjawab di ayat 126, "Demikianlah, dahulu telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, dan kamu mengabaikannya, jadi begitu (pula) pada hari ini kamu diabaikan." (*/H-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Admin
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik