PAWONE Arek-Arek ialah gerakan dapur umum yang diinisiasi oleh anak-anak muda di Surabaya yang biasa nongkrong di sebuah rumah singgah di Jalan Baratajaya 3 Nomor 50.
Sejak pandemi melanda pada tahun lalu, Thomas Pramudya bersama keempat temannya yang menginisiasi dapur umum tersebut dengan menyulap markas mereka jadi pawon (dapur) yang terus menyala tiap pekannya. Mulanya, makanan yang mereka masak diniatkan untuk disajikan ke sesama teman yang nongkrong, tetapi kemudian karena solidaritas pun meluas, akhirnya mereka punya ‘ongkos’ untuk mendistribusikan makanan tiap pekannya ke warga.
Tiap pekannya, ada sekitar 150 porsi dengan bujet tidak lebih dari Rp500 ribu. Sebab itu, Thomas dkk harus pandai-pandai berhemat juga cermat mengalkulasikan belanjaan agar Pawon terus ngebul.
“Untuk kemasan kami sudah punya donatur tetap. Ada namanya Toko Laksono di Pasar Pucang. Jadi yang punya selalu memberikan kami gratis kemasan tiap pekannya. Tinggal fokus ke belanja menu. Biasanya kami belanja di Pasar Induk Mangga Dua, atau Keputran, sekitar empat sampai lima orang yang jalan,” kata Thomas, salah satu inisiator Pawone Arek-Arek kepada Media Indonesia, Kamis, (4/11).
Selain belanja di pasar, Pawon juga memanfaatkan sayur-mayur yang ditanam di Humatera. Tempat ini semacam kebun perkotaan yang terdapat di lantai atas di markas Pawon.
“Kalau usaha yang sifatnya profit, belum ada. Namun, yang nonprofit, kami punya humatera. Ini semacam perkebunan eksperimen untuk mengaktivasi ruang kosong. Jadi bahan makanan seperti sayur bayam, kangkung, cabai, itu juga diperoleh dari humatera, tetapi memang tidak bisa diandalkan tiap minggu juga, tergantung panennya.” (Jek/M-4)