Headline
Senjata ketiga pemerataan kesejahteraan diluncurkan.
Tarif impor 19% membuat harga barang Indonesia jadi lebih mahal di AS.
DENGAN bantuan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan Jakpreneur, pembangunan dua kios yang dirancang Baznas DKI Jakarta sejak 2019 mampu melayani para konsumen pecinta kuliner yang berlokasi di pusat lalu lalang titik transit Terowongan Kendal, Jakarta.
Memberikan ruang untuk berekspresi dan menunjukkan kemampuan diri, itulah yang menjadi tujuan diinisiasinya program Difabis alias Difabel Bisa oleh Baznas.
"Jadi, Difabis ini merupakan salah satu program dari Baznas DKI Jakarta. Difabis itu Difabel Bisa. Sebetulnya ini menjadi tempat teman-teman difabel untuk belajar magang, mementaskan diri bahwa mereka juga bisa sanggup sejajar dengan nondifabel. Kita buka ruang ini sengaja di tempat lalu lalang orang supaya mereka bisa percaya diri bahwa mereka bisa dan sanggup mandiri," kata relawan Difabis Baznas Bazis DKI Jakarta, Gigin Mardiansyah.
Semula, program Difabis tidak sebatas membangun dua kios dan memberdayakan kaum difabel sebagai relawan pengelola di dalamnya, tetapi juga menyediakan ruang interaksi di sebelah dua kios itu untuk semua kaum difabel.
Beragam kegiatan seperti bedah buku, belajar bahasa isyarat, bermain musik, atau pameran lukisan kaum difabel semestinya dapat dilakukan di ruang interaksi yang terbuka itu. Terowongan yang luas dianggap tepat karena tidak mengganggu lalu lintas pejalan kaki yang lewat. Namun, karena adanya pandemi dan PPKM, kegiatan jadi terhenti sementara waktu.
Saat ini, Baznas berupaya optimal dalam mengelola dua kios makanan dan minuman. Makanan dan minuman menjadi segmen yang dipilih karena setelah mencoba menyajikan hasil kerajinan atau fesyen pada awal pembukaan kios, itu tidak terlalu diminati.
Kaum difabel yang kebanyakan anak muda sengaja diberi kesempatan magang dari tiga sampai enam bulan menjadi peracik minuman. Mereka juga diberi pengajaran menggunakan berbagai aplikasi pengiriman dan pemesanan makanan secara daring.
Harapannya, selepas magang, kaum muda difabel itu mampu bekerja di tempat yang lebih besar atau berwirausaha sendiri. "Kita bantu berdayakan baru enam orang. Satu teman daksa dan lima teman tuli. Kita harap bisa semua difabel bisa. Tiap minggu pasti ada yang tanya, terutama difabel tuli yang tanya soal kerjaan," imbuh Gigin.
Untuk menjadi relawan magang di kios Difabel Coffee and Tea, kaum difabel yang berminat dapat melamar langsung ke kios atau Instagram Baznas DKI Jakarta. Syarat bergabungnya tidaklah sulit. Pelamar kaum difabel harus siap mengikuti aturan yang ada. Program itu juga menerima pelamar tanpa batasan umur dan lulusan SMA/SMK atau lebih senior, yang baru lulus atau belum bekerja.
Meskipun menghadapi kendala dari segi komunikasi dengan kaum difabel, relawan Baznas berharap program Difabis dapat berkelanjutan dan dimulai di daerah-daerah lain di Indonesia.
"Selama ini kaum difabel belum setara, bahkan masih dianggap aib dan disembunyikan. Kami dari bagian pendayagunaan Baznas ingin melakukan pelatihan-pelatihan yang berkesinambungan ke depannya. Kami juga punya database untuk perusahaan-perusahaan yang membuka peluang menerima tenaga kerja disabilitas. Baznas memberikan dukungan berupa fee begitu dalam gaji mereka. Harapannya nanti seperti itu," tuturnya. (Irene Harty/N-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved