Headline

Senjata ketiga pemerataan kesejahteraan diluncurkan.

Fokus

Tarif impor 19% membuat harga barang Indonesia jadi lebih mahal di AS.

Memperjuangkan Disabilitas di Medan Politik

Dero Iqbal Mahendra
29/10/2021 06:00
Memperjuangkan Disabilitas di Medan Politik
Anggiasari Puji Aryatie (keempat kanan) berfoto bersama dengan para penyandang disabilitas dan pendamping(Dok. Sahabat Difa)

BAGAIMANA mengubah stigma di masyarakat tentang penyandang disabilitas?

Hal itulah yang diperjuangkan oleh Anggiasari Puji Aryatie hingga saat ini. Ia memperjuangkan penghapusan stigma untuk penyandang disabilitas mulai terjun di organisasi LSM hingga jalur politik.

Tidak banyak memang penyandang disabilitas yang berani untuk tampil dan terjun ke dunia politik demi memperjuangkan haknya. Meski awalnya ia tidak memiliki ketertarikan sama sekali dan dapat dikatakan kecemplung di dunia politik karena sebelumnya berasal dari dunia NGO, aspirasinya tidak berubah, mendorong kesetaraan dan memperjuangkan hak penyandang disabilitas.

Anggi merupakan penyandang disabilitas fisik, yakni akondroplasia atau yang dikenal juga sebagai dwarfisme atau kerdil.

Anggi menjelaskan dalam akondroplasia memiliki beberapa kondisi. Ada penyandang akondroplasia yang memiliki keterbatasan mobilitas. Ada juga orang dengan kondisi akondroplasia berat sehingga membutuhkan alat bantu berupa tongkat atau kursi roda.

"Kondisi akondroplasia sebetulnya cukup umum terjadi, bukan karena kutukan, dosa leluhur atau persepsi negatif lainnya. Kondisi ini dapat terjadi 1 dari 10 ribu kehamilan yang lebih disebabkan karena faktor genetik.Orang tua dan saudara saya sendiri semuanya bertubuh normal kecuali saya," terang Anggi kepada Media Indonesia, Kamis (30/9).

Meski begitu, Anggi bersyukur kedua orang tuanya dan saudaranya selalu mendukung dan tidak menutup-nutupi kondisinya. Mereka justru mendorong Anggi untuk bersekolah dan bertemu teman. Kedua orang tuanya selalu mendorong Anggi bersekolah dan mengejar pendidikan setinggi mungkin.

"Kedua orangtua saya bertekad saya harus sekolah, ibu saya khususnya berjuang dengan datang lebih dulu ke sekolah, bertemu guru dan kepala sekolah menjelaskan suituasi saya. Saya dimasukkan di sekolah umum swsta saat SD dan SMP karena lebih disiplin. Mereka mengetahui tidak ada disabilitas intelektual di saya sehingga bersikukuh agar sekolah menerima saya," ungkap Anggi.

Ia pun memegang teguh pesan ibunya yang meminta Anggi untuk bekerja keras tiga sampai empat kali lebih keras dari orang normal karena orang lain akan selalu melihatnya berbeda dan diterima. Anggi menilai kerja keras lebih dari yang lain memang menjadi ciri dari penyandang disabilitas karena keinginan membuktikan diri dan sering kali berujung menjadi inspirasi bila memperoleh prestasi.

"Sayangnya inspirasi itu tidak memotivasi kelompok nondisabilitas untuk menciptakan sistem yang lebih baik dan kesempatan yang lebih terbuka bagi penyandang disabilitas. Beragam inspirasi tersebut sayangnya belum dapat mengubah struktur sosial di masyarakat," terang Anggi.

Ia mampu mengenyam pendidikan tinggi dengan beragam bidang keilmuan, mulai diploma sastra Prancis, sarjana sastra Inggris, hingga master di bidang teologi.

Setelah menyelesaikan kuliah diplomanya di UGM, Anggi berupaya mencari kerja. Namun, apa daya semua usahanya selalu terbentur pada tahap wawancara langsung karena kondisi fisiknya. Hal tersebut sempat membuatnya putus asa hingga akhirnya mendorong Anggi untuk bekerja di NGO.

NGO pertamanya bergerak di bidang pelayanan dan pendidikan bagi anak anak jalanan dan mantan terpidana baik itu di kawasan kumuh dan di dalam penjara. Anggi menyatakan pengalaman tersebut sangat berkesan untuknya.

"Bayangkan orang kecil seperti saya bolak-balik keluar masuk lapas," ujarnya sambil tertawa.

Anggi menjelaskan periode selama di NGO membekalinya dengan pengalaman luar biasa, terutama dalam topik yang menjadi perhatiannya, pendidikan, pengarus utamaan gender, kesehataan reproduksi, ibu hamil, kebencanaan dan disabilitas hingga anggaran. Pengalamannya ini yang nantinya menunjang dirinya saat masuk ke dunia politik.

 

Melangkah ke dunia politik

Setelah 13 tahun berkiprah di dunia NGO, tidak mudah bagi Anggi untuk beranjak ke dunia politik. Bahkan politikus Partai NasDem ini mengaku awalnya sama sekali tidak memiliki minat di dunia politik karena latar belakangnya dari kelompok gerakan (NGO). Anggi menceritakan persinggungannya dengan dunia politik dapat dikatakan kebetulan hingga akhirnya ia didaftarkan sebagai caleg dari Partai NasDem untuk daerah pemilihan Kota Yogyakarta.

"Sebelumnya saya tidak ada ketertarikan ke dunia politik. Awalnya saya diajak dan didaftarkan menjadi caleg karena teman sahabat saya orang tuanya Ketua DPW NasDem Yogyakarta dan saya diundang untuk berkenalan tentang NasDem Yogyakarta. Jujur awalnya saya enggan dan tidak terlalu serius dan saya tidak merasa bisa lolos menjadi caleg karena saya bukan siapa-siapa," tutur Anggi.

Meski akhirnya ia tidak terpilih, Anggi menilai bahwa perjuangannya akan hak disabilitas dapat dilanjutkan ke dimensi yang baru, yakni via politik.

"Saya pikir politik bisa menjadi salah satu media untuk corong isu isu disabilitas. Sebab pemerintah memiliki kemampuan dan kekuatan memaksa bagi masyarakat untuk mengubah struktur sosial dan itu menjadi alasan saya terjun ke dunia politik. Jika saya sebagai difabel tidak ke dunia politik, perubahan itu tidak akan terjadi," tukasnya.

Anggi juga secara rutin memberikan pembekalan kepada rekan-rekannya di partai. Dengan adanya kesadaran isu-isu disabilitas dan pengarusutamaan gender dapat menjadi bekal dan harapannya saat mereka menjabat isu ini menjadi perhatian.

Di sisi lain, Anggi juga mendorong teman-teman disabilitas dan teman dari organisasi disabilitas untuk menjadi caleg. Ia berpendapat sudah saatnya teman-teman disabilitas memanfaatkan hak politiknya untuk dipilih serta membuktikan kapasitasnya bahwa mereka sangat layak untuk dipilih.

"Saya yakin di 2024 nanti akan ada sejumlah caleg dari kalangan disabilitas," ujar Anggi.

Terlepas dari aktivitasnya di dunia politik Anggi mengaku belum tahu apakah akan kembali mencalonkan diri sebagai caleg di pemilu ke depannya. Namun, satu hal yang pasti, ia mengaku kangen untuk kembali ke dunia NGO. (N-1)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Msyaifullah
Berita Lainnya