Headline
Senjata ketiga pemerataan kesejahteraan diluncurkan.
Tarif impor 19% membuat harga barang Indonesia jadi lebih mahal di AS.
TITIK balik kehidupan Ali Topan terjadi pada 2015. Pria asal Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan, itu mengalami kelumpuhan di kedua kakinya.
Nahas terjadi saat ia melakukan perbaikan menara listrik. Pria kelahiran 1983 itu bekerja sebagai kontraktor pemasangan instalasi listrik.
"Potongan besi yang jatuh dari ketinggian 15 meter menghantam kedua kaki saya. Saya sempat kehilangan rasa percaya diri. Perlu waktu satu tahun untuk melakukan pemulihan semangat dan fisik," ungkap Ali.
Setelah satu tahun, kondisi fisiknya sudah membaik meski kedua kaki lumpuh. Mentalnya pun sudah kembali seperti semula, seorang pria yang menjalani kehidupan penuh dengan semangat.
Semangat itulah yang membuat Ali tidak pernah kenal lelah mencintai kehidupan sebagai aktivis lingkungan. Ia menggeluti sampah hingga akhirnya mendapat pengakuan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk menyabet Penghargaan Khusus Kalpataru 2021.
"Saya tidak ingin kekurangan ini menjadi penghalang. Kekurangan itu cuma fisiknya, tetapi gerakan (advokasi) tidak," tegasnya.
Baginya, keterbatasan fisik karena kedua kaki lumpuh tidak boleh menjadi penghalang. "Meski kelumpuhan kaki sempat menggoyang mental saya, saya mampu bangkit."
Aktivis sejak muda
Ali Topan muda adalah sosok yang sangat peduli terhadap kondisi lingkungan. Ia juga merasa prihatin dengan limbah-limbah rumah tangga yang dibuang begitu saja, padahal sebenarnya bisa dimanfaatkan lagi.
Pada 2005, Ali Topan mendirikan kelompok pencinta lingkungan. Ia dan teman-temannya juga terjun langsung mengelola sampah.
Bapak satu anak ini juga aktif di organisasi pelestarian lingkungan hidup. Ia pun menjadi pendamping Yayasan Masyarakat Peduli Pinrang yang fokus pada konservasi penyu dan mangrove.
Sampah, kini jadi konsentrasinya, selain pekerjaan sehari-harinya sebagai operator pada dinas pemadam kebakaran. "Kami menyadari perlu aksi nyata di lapangan jika memang masalah sampah ini ingin diselesaikan," ungkapnya.
Kepeduliannya tersebut membuat pria yang mendapat pengakuan sebagai Pemuda Inspiratif Advokasi Lingkungan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) itu bergabung dengan Taruna Siaga Bencana pada 2009. Pada tahun yang sama, bersama sejumlah rekannya, dia membentuk SAR Kabupaten Pinrang. Ali Topan juga aktif di kepramukaan hingga dipercaya menjadi ketua di tingkat kabupaten.
Bank sampah
"Dulu saya sering terlibat dalam aksi bersih-bersih dan penghijauan. Ternyata aksi bersih-bersih ini bukan solusi karena cuma memindahkan sampah ke tempat yang lain," ungkap suami Sintya Rahmawati Usman itu.
Karena itu, sejak 2016, Ali mulai bergerak. Ia membangun kesadaran warga di sekitar tempat tinggalnya di Kecamatan Paleteang, Kabupaten Pinrang, untuk mengumpulkan sampah dan membuatnya bernilai ekonomi.
Bukan persoalan mudah. Pada awalnya tidak banyak warga yang mau terlibat. Sampah masih dipandang sebelah mata. Warga masih berpikir sampah harus dibuang saja.
Ali memulai dengan mengumpulkan sampah di pesta pernikahan. Ia menunjukkan sampah harus dipisah dan dikumpulkan dalam karung.
Untuk membangun kesadaran dan tindakan warga, Ali juga menebar siasat. Ia mengawal gerakan yang disebutnya Sedekah Sampah.
Gerakan ini mengajak warga untuk bersedekah dengan sampah. Mereka tidak harus mengeluarkan uang. Warga hanya mengumpulkan sampah di rumah dan akan dijemput oleh Ali dan teman-temannya.
Cara tersebut ternyata efektif. Warga mulai peduli sampah karena bisa bersedekah. "Kami datang ke rumah warga, membeli sampah. Hasil penjualan biasanya dibelikan beras dan minyak goreng, yang disedekahkan kepada warga lain yang kurang beruntung, umumnya orang lanjut usia yang tidak memiliki penghasilan. Banyak warga kurang mampu terbantu oleh gerakan ini," papar Ali.
Pada 2019, Ali dan teman-teman secara resmi mendirikan Bank Sampah Peduli Pinrang. Gerakan peduli sampah terus dikampanyekan dengan cara dari pintu ke pintu. Media sosial juga dijadikan sarana.
Kegigihan Ali Topan itulah yang membuat dia meraih Penghargaan Khusus Kalpataru 2021 sebagai Pemuda Inspiratif Advokasi Lingkungan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).
"Alhamdulillah saya dapat penghargaan khusus untuk advokasi lingkungan. Memang belum dapat Kalpataru, tapi ini sudah cukup," kata Ali Topan.
Jadi inspirasi
Ali tidak akan berhenti. "Saya akan dan harus terus mengedukasi warga untuk mengelola sampah karena sampah adalah sumber ekonomi. Sampah tidak boleh jadi masalah, tapi justru bisa menghasilkan. Kita menjaga lingkungan sekaligus mendapat tambahan penghasilan," tegasnya.
Kini, Bank Sampah Peduli Pinrang bergerak di sebuah bangunan berukuran 10x20 meter. Mereka memperoleh hibah pendanaan dari Pemkab Pinrang dan mendapat pinjaman tanah selama 10 tahun dari warga.
Kini, bank sampah yang dikelola sarjana pendidikan itu sudah melebarkan sayap. Mereka memiliki enam unit bank sampah.
Jenis sampah yang dibeli dibeli Ali Topan dan kawan-kawan ialah kertas, gelas, dan botol plastik. Mereka menerima sampah dengan harga bervariasi dari Rp100 hingga Rp2.000 per kilogram. Dalam sebulan, mereka bisa mengumpulkan 300-400 kilogram sampah bernilai ekonomis.
"Dengan keterbatasan fisik, saya bisa berbuat. Semoga ini bisa memotivasi pemuda-pemudi di Pinrang untuk senantiasa peduli terhadap lingkungan," tegasnya. (N-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved