Headline
Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.
Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.
Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.
KAMI di sini memohon diusahakan pengajaran dan pendidikan anak perempuan, bukan sekali-kali karena kami menginginkan anak-anak perempuan itu menjadi saingan laki-laki dalam perjuangan hidupnya.
Kutipan tersebut diambil dari surat RA Kartini kepada Profesor DR GK Anton, sahabatnya yang berada di Belanda, pada Oktober 1902. Tersirat makna bahwa Kartini mempunyai mimpi agar perempuan mendapatkan pendidikan serta pengajaran yang layak.
Dalam lanjutan suratnya, Kartini pun menyebutkan bahwa pentingnya perempuan mendapat pendidikan agar dapat menjalankan kewajibannya dengan baik. Isu kesetaraan inilah yang diperjuangkan Kartini guna perempuan mendapatkan pendidikan bukan semata-mata setara di mata laki-laki, melainkan lebih kepada makna menjalankan kewajiban sesuai kodratnya.
Memaknai perjuangan Kartini itu menjadi inspirasi bagi SMAN 78 Kemanggisan, Jakarta Barat. Menurut Kepala SMAN 78, Rita Hastuti, pihaknya mendorong para siswi-siswi untuk mendapatkan kesetaraan dalam pendidikan.
Hal itu, lanjutnya, sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945 pada Pasal 31 ayat 1 yang berbunyi, ‘Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan’. “Tidak menutup laki-laki atau perempuan, semuanya berhak mendapatkan pendidikan,” ujar Rita kepada Media Indonesia, Selasa (19/4).
Caranya, sambung Rita, dengan tidak membedakan program yang diterima siswa dan siswinya. “Semuanya sama, tidak ada yang dibedakan dalam hal pembelajaran,” tutur Rita.
Sejauh ini, siswi dan siswanya sudah setara dalam memperoleh pendidikan. Bahkan, ia tidak menemukan kasus siswi yang merasa inferior jika dibandingkan dengan laki-laki. “Dalam pertemuan-pertemuan dan diskusi pun para siswi tidak sungkan dalam mengungkapkan pendapatnya,” jelas Rita.
Program nyata yang dilakukan Rita, antara lain ialah dengan mewajibkan siswinya untuk membaca dan terus membuka wawasan. Tak hanya dari sisi pendidikan formal, secara informal pun, Rita membuka secara luas kesempatan siswinya untuk berprestasi, salah satunya dalam berorganisasi. Rita memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada seluruh siswa dan siswinya untuk berperan dalam organisasi.
Selain di SMAN 78, kondisi serupa juga ditemui di SMAN 70 Bulungan, Jakarta Selatan. Menurut Wakil Humas SMAN 70, Achmad Muchtar, semua siswa dan siswi punya hak yang sama dalam mendapatkan pengajaran formal dan informal yang bermutu, tidak ada pengkhususan.
“Kalau di SMAN 70 itu memakai prinsip yang umum sehingga siswi pun sama kedudukannya dalam hal memperoleh pengajaran dengan siswa, termasuk kegiatan ekskul dan kegiatan Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS),” ujar.
Hal itu dibuktikan dengan terpilihnya siswi mereka sebagai Ketua OSIS di kedua sekolah ini. Hal ini tak lain karena adanya kesetaraan yang diberlakukan di SMA 78 dan SMAN 70. “Para siswi berperan cukup besar. Tidak hanya laki-laki, kami juga membuka luas peran untuk para siswi. Semuanya sama di sini, tidak memandang gender,” jelas Rita.
Hal itulah yang dirasakan Lareta Sekar Puspitarani, 16, siswi sekaligus Ketua OSIS SMAN 78. Siswi kelas XI ini merasa sekolah sangat mendukung siswi, khususnya dalam mengembangkan diri meraih prestasi.
Menurut Lareta, siswi-siswi di sekolahnya sangat berperan di bidang organisasi. Hal itu terlihat dari jumlah pengurus OSIS yang lebih banyak ketimbang siswa. “Kinerja mereka juga sangat diandalkan di berbagai kegiatan OSIS, mulai dari pekerjaan ringan hingga pekerjaan berat,” pungkasnya.
Hal senada diakui Amiranda Verren, 16, Ketua OSIS SMAN 70. Melihat hal itu, lanjut Varren, perempuan dan laki-laki derajatnya sama. “Kita hanya berbeda secara fisik, tetapi secara kemampuan dan mendapat pendidikan, kita sederajat,” ujarnya.
Acara seremonial
Sementara itu, dalam memperingati Hari Kartini yang jatuh setiap 21 April, sekolah-sekolah menggelar acara seremonial. Hal itu pula yang dilakukan SMAN 70 dan SMAN 78. Mereka merayakannya dengan mengadakan lomba-lomba dan meminta siswi-siswi mengenakan kebaya ke sekolah. Menurut Rita, esensi dari hari kelahiran Kartini sebenarnya bukan terletak pada acara seremonial, melainkan pada perjuangan besar yang dilakukan oleh RA Kartini.
“Habis gelap terbitlah terang itu nyata adanya, dan saya rasa sosok Kartini dan perjuangannya masih relevan sampai sekarang,” pungkasnya seraya menambahkan dirinya akan terus menanamkan semangat Kartini kepada siswa dan siswinya.
Kartini, lanjutnya, bisa berkomunikasi dengan dunia luar di tengah segala keterbatasannya. Hal ini yang harus selalu digaungkan dan ditanamkan kepada siswa dan siswi agar mereka tidak takut untuk mengenal dunia luar. “Mereka harus terus membuka wawasan agar mereka bisa berkembang,” tutup Rita. (Setyo Aji H/S-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved