Headline

Presiden Prabowo berupaya melindungi nasib pekerja.

Fokus

Laporan itu merupakan indikasi lemahnya budaya ilmiah unggul pada kalangan dosen di perguruan tinggi Indonesia.

Problem Demoralisasi semakin Serius

Syarief Oebaaidillah
21/4/2016 04:40
Problem Demoralisasi semakin Serius
(MI/Atet Pramadia)

TERUS tergerusnya nilai-nilai budaya luhur bangsa Indonesia membuat demoralisasi terjadi di berbagai lapisan masyarakat. Untuk mengatasi permasalahan itu, pemerintah perlu menyusun strategi kebudayaan yang tepat.

Hal itu menjadi salah satu kesimpulan dalam rapat pleno Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang berlangsung di Jakarta, Rabu (20/4).

“Kami (Dewan Pertimbangan MUI) bersepakat kondisi kita dewasa ini, khususnya umat Islam, menghadapi problem yang akumulatif, saling terkait, dan rumit. Jika dulu kita sebut ada masalah dekadensi moral, sekarang lebih dari itu, yakni proses demoralisasi yang serius,” ujar Ketua Dewan Pertimbangan MUI Din Syamsuddin seusai rapat pleno tersebut.

Menurutnya, kerusakan moral yang terjadi di masyarakat sudah mencapai pada sendi-sendi dasar kehidupan. Ia mencontohkan maraknya praktik korupsi, egoisme sektarian yang semakin mengotak-ngotakkan manusia berdasarkan suku, etnik, dan kelompok politik tanpa melihat aspek kapabilitas dan profesionalitas seseorang. Demikian juga sifat materialisme yang semakin menguasai alam bawah sadar masyarakat dan memengaruhi perilaku masyarakat.

“Juga kriminalitas yang semakin merajalela seolah nyawa manusia tak berharga serta sikap permisif yang memuja kebebasan individu secara berlebihan, antisosial sehingga terjerembap pada zina, seks bebas, provokasi negatif, dan sejenisnya,” papar Din.

Untuk mengatasi permasalahan itu, menurut Din, Dewan Pertimbangan MUI menilai perlu ada strategi kebudayaan jangka panjang untuk bangsa serta membangun ketahanan keluarga melalui pendidikan. Dengan begitu, generasi mendatang dapat tumbuh dengan kualitas mental spiritual yang baik sehingga dapat menghadapi tantangan zaman.

“Perlu ada kerangka strategis soal mekanisme pertahanan diri secara bersama-sama. Agar juga didorong tumbuhnya media yang mendidik, mengingat peran media sangat luar biasa,” kata mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah itu.

Dewan Pertimbangan MUI telah membentuk Komisi Sosial Budaya untuk menguat­kan peran sosial budaya umat Islam Indonesia melalui penguatan keluarga, pengembangan generasi muda, perlindungan umat dari aliran sesat, serta revitalisasi budaya Islam melalui kesultanan.

Pada kesempatan itu, Din juga menyinggung proses dakwah pun menurutnya hanya sebatas pada kemeriahan sehingga belum mampu menangkal demoralisasi.

“Dakwah kita, ibarat bermain bola itu tidak masuk ke gawang. Kita kurang memiliki aktor dan operator dakwah yang berkualitas. Maka, untuk menanggulangi demoralisasi ini, kita perlu strategi kebudayaan,” imbuhnya.


Ketahanan keluarga

Pada kesempatan sama, Wakil Ketua Dewan Pertimbangan MUI Nasaruddin Umar mengungkapkan saat ini ketahanan keluarga masyarakat Indonesia kian rapuh. Hal itu ditandai dengan makin meningkatnya angka perceraian dari tahun ke tahun.

“Saat ini, tingkat perceraian di Indonesia mencapai 12,3%,” cetusnya.

Padahal, perceraian terbukti membawa berbagai dampak buruk, terutama bagi anak-anak. Karena itu, Dewan Pertimbangan MUI menekankan pentingnya pendidikan Islam dalam meningkatkan ketahanan keluarga.

“Upaya untuk meningkatkan ketahanan keluarga ini juga perlu masuk dalam kurikulum pendidikan nasional,” tambahnya. (Ant/H-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Msyaifullah
Berita Lainnya