Headline
Presiden Trump telah bernegosiasi dengan Presiden Prabowo.
Presiden Trump telah bernegosiasi dengan Presiden Prabowo.
Warga bahu-membahu mengubah kotoran ternak menjadi sumber pendapatan
SELAMA ini, Tisna Sanjaya, 62, lebih dikenal sebagai seniman yang prestasinya sudah mendunia. Pada 2014, Tisna merupakan salah satu penerima Anugerah Adhikarya Senirupa 2014 Kementerian Pariwisata.
Sebelumnya ia juga meraih predikat Best Artist Phillip Morris Indonesia Art Awards 1997 dan peraih Award Sponsors of the Sapporo International Print Competition 1997 di Jepang.
Karena itu, tidak mengherankan kali ini Tisna Sanjaya mendapat Anugerah Kebudayaan Indonesia 2020 dari Kemendikbud pada kategori pencipta, pelopor, dan pembaru.
Tisna memperoleh penghargaan tersebut atas perkembangan proyek seni mengenai seni lingkungan. Sejak 2007, Tisna berfokus pada proyek keseniannya, yakni Pusat Kebudayaan Cigondewah atau Imah Budaya Cigondewah, galeri seni yang juga berfokus pada pemberdayaan masyarakat di Cigondewah Kaler, Kota Bandung, Jawa Barat.
Seniman dan akademisi yang juga Ketua Kelompok Keahlian Seni Rupa Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Teknologi Bandung (FSRD ITB) itu pun mengucap syukur.
“Anugerah Kebudayaan 2020 dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan ini terus menjadi penyemangat bagi saya dan kita semua untuk terus kreatif berkarya (menghasilkan) seni budaya yang bermanfaat,” ujar Tisna dalam medsosnya.
Baginya, penghargaan dari pemerintah itu merupakan anugerah yang membahagiakan. Bukan hanya untuk dia dan keluarga, melainkan juga menjadi bentuk penghargaan, pengakuan, dan anugerah untuk institusi tempat dia bekerja dan berkarya.
‘Sebagai anugerah, kehormatan untuk para dosen, mahasiswa, alumni, kawan-kawan seniman, budayawan, serta semua warga yang terus semangat berupaya menciptakan karya seni budaya, berkarya, bekerja dengan tekun apa saja, tidak hanya secara formal bidang seni saja di masa pandemi covid-19 yang entah sampai kapan berakhirnya. Semoga segera berlalu’, tulisnya.
Anugerah Kebudayaan Indonesia merupakan salah satu bentuk apresiasi pemerintah terhadap orang atau pihak yang berkontribusi di dunia seni dengan kategori pelestari; pencipta, pelopor, dan pembaru; anak dan remaja; maestro seni tradisi; komunitas; dan pemerintah daerah.
Seperti dilansir dari laman ITB, Tisna mengatakan keikutsertaannya dalam ajang itu atas dukungan Pemerintah Kota Bandung melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata. Setelah dinyatakan lolos administrasi, Tisna menjalani wawancara daring dan luring.
Dengan seleksi yang ketat, Tisna akhirnya berhasil memperoleh penghargaan Anugerah Kebudayaan Indonesia 2020 kategori pencipta, pelopor, dan pembaru.
Pria yang memperoleh gelar magister dari Freie Kunst Hochschule fuer Bildende Kuenste Braunschweig (HBK) Jerman itu mengungkapkan penghargaan tersebut merupakan salah satu bentuk kehormatan untuk semua sivitas akademika yang terus semangat untuk menciptakan karya seni di masa yang sulit, terutama saat pandemi terjadi.
Jadi ikon
Tisna pun tak menyangka bahwa proyek Imah Budaya Cigondewah kini sudah menjelma menjadi ikon tersendiri bagi masyarakat lokal yang menyediakan beberapa kegiatan pemberdayaan sosial.
Dari pengalaman itu, Tisna berharap bahwa seluruh fakultas/sekolah di ITB perlu melakukan banyak kolaborasi sebagai kontribusi terhadap pembentukan kebudayaan di Indonesia melalui seni dan karya-karya yang solutif lainnya.
Tisna Sanjaya lahir di Bandung, Jawa Barat, 28 Januari 1958. Tisna dikenal lewat karyanya yang mendobrak tradisi formalisme seni grafis di ITB, dengan mulai membuat karya-karya bertema permasalahan sosial politik di Indonesia.
Bakat seninya terlihat sejak usia muda. Ia sering menggambar di tembok-tembok rumah. Setelah menamatkan pendidikan di Studio Seni Grafis ITB (1986), Tisna memperdalam seni etsa di Braunschweig College of Fine Arts dengan beasiswa Goethe-Institut. Dalam studio kerjanya di sebuah kota tua di bagian utara Jerman itulah Tisna menemukan ‘Gua Hira’-nya. (H-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved