Headline
Pemerintah tegaskan KPK pakai aturan sendiri.
SEJAK kemunculannya pada akhir Desember 2019, virus korona (covid-19) telah menginfeksi hingga 21,5 juta orang di seluruh dunia dan menyebabkan 773.683 kematian. Vaksin menjadi satu-satunya harapan untuk mengatasi virus itu.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut ada 167 vaksin potensial dalam pengembangan. Namun, pada Februari 2020, WHO mengatakan keberadaan vaksin baru akan tersedia dalam 18 bulan ke depan.
Vaksin tipikalnya membutuhkan waktu bertahun-tahun dalam riset dan pengujian sebelum digunakan. Namun, untuk covid-19, para ilmuwan berpacu dengan waktu menghasilkan vaksin yang aman dan efektif paling tidak di awal 2021.
Terlepas dari upaya cepat dalam menghasilkan vaksin, para ilmuwan tidak melupakan fase-fase yang harus dijalani, antara lain uji praklinis, fase I atau uji keselamatan, fase II, dan fase III atau uji efi siensi.
Ada cara lain untuk mempercepat pengembangan, yaitu dengan menggabungkan fase. Beberapa vaksin, misalnya, sekarang dalam uji coba fase I atau II dan diuji untuk pertama kali pada ratusan orang.
Bagi WHO, fase-fase ini tidak berguna dilakukan jika masih terjadi minim kerja sama. Khususnya dalam isu nasionalisme vaksin, Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus menegaskan isu itu tidak akan membantu upaya perlawanan terhadap covid-19.
“Berbagai vaksin atau data pengembangan bisa membantu dunia lebih cepat pulih dari virus korona,” kata Ghebreyesus.
Saat ini, sejumlah perusahaan atau organisasi mulai melakukan uji klinis vaksin. Ada yang baru masuk fase I, seperti Inovio (AS), Curevac
(AS), Genexine (Korsel), dan Merck (Austria). Ada juga yang sudah memasuki fase III, termasuk Sinovac (Tiongkok), yang kini tengah diuji klinis di Bandung.
Di sisi lain, ketika berbagai negara masih fokus dengan uji klinis fase III, Rusia tiba-tiba mengumumkan munculnya vaksin Sputnik V. Pada Selasa (11/8), Presiden Vladimir Putin mengumumkan persetujuan vaksin itu untuk digunakan dan mengklaimnya sebagai vaksin covid-19 pertama di dunia.
Dikembangkan Gamaleya Institute di Moskow, vaksin tersebut sebetulnya belum melalui uji coba fase III. Rusia juga belum merilis data ilmiah apa pun tentang pengujiannya dan tidak dapat memverifi kasi keamanan atau keefektifan dari vaksin itu.
Brasil, Filipina, dan Kazakhstan telah mengutarakan ketertarikannya terhadap vaksin Sputnik V. Namun, negara-negara Barat masih meragukan efektivitas dan keamanan dari vaksin kilat tersebut. (Fajar Nugraha/Medcom.id/X-11)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved