Headline

Dalam suratnya, Presiden AS Donald Trump menyatakan masih membuka ruang negosiasi.

Fokus

Tidak semua efek samping yang timbul dari sebuah tindakan medis langsung berhubungan dengan malapraktik.

Literasi Era Pandemi ala Magetan

MI
22/6/2020 01:15
Literasi Era Pandemi ala Magetan
(Pemkab Magetan/Tim Riset MI)

KEMAMPUAN menulis dan membaca, keterampilan dalam bidang atau aktivitas tertentu, serta kemampuan individu dalam mengolah informasi dan pengetahuan untuk kecakapan hidup merupakan beragam wujud dari literasi.

Pandemi covid-19 menjadi bukti betapa besarnya manfaat literasi, seperti yang diungkapkan Bupati Magetan, Jawa Timur, Suprawoto dalam webinar yang digelar Perpustakaan Nasional, Rabu, 17 Juni 2020.

Kabupaten Magetan ditetapkan sebagai kabupaten literasi pada 2019 oleh pemerintah pusat. Dengan kekuatan literasi, masyarakat tidak reaktif ketika ada warga terinfeksi covid-19 karena cukup baiknya pemahaman warga.  “Tidak ada persolan penolakan. Malahan bagi masyarakat kita yang diisolasi, justru masyarakat desa saling membantu.”

Berbagai inisatif warga muncul dalam bentuk warung ‘gotong royong’ yang memberikan hasil pertanian dengan gratis, layanan antarbuku keliling bagi yang melakukan isolasi mandiri di rumah, juga yang mendapatkan perawatan di rumah sakit.

Masyarakat dan siswa yang berkegiatan di rumah juga bisa memanfaatkan layanan antar buku ini. Karena tingginya minat membaca dan menulis di sana, ratusan karya buku bahkan bisa terkumpul hanya dalam waktu setahun. Seperti yang dilakukan Komunitas Hujan Buku Magetan yang beranggotakan siswa SD, SMP, dan para guru.

Pegiat literasi Magetan yang juga Kepala SMPN Takeran, Suparno, mengatakan komunitas ini sudah menerbitkan 450 judul dari target 1.000 buku di 2020. “Semua bisa menulis tentang apa saja,” ucapnya kepada Media Indonesia, Sabtu (20/6).

Semua bermula ketika pada 2018, ia dan sejumlah guru diberi pelatihan melalui program Satu Guru Satu Buku (sagusabu). Lewat pelatihan itu, ia menyadari kemampuan menulis yang dimiliki seorang guru mampu mendorong anak-anak didiknya untuk memiliki kemampuan yang sama.

Budaya menulis juga diterapkannya di rumah. Hingga kini, Suparno beserta istri dan anak-anaknya telah menulis hampir 10 buku. Ia juga rajin mengikuti Sarasehan Literasi yang melibatkan para pegiat literasi, mulai dari kepala sekolah, penulis, hingga bupati.

Seorang pegiat literasi Magetan, Edy Siswato mengatakan, di kala pandemi, aktivitas literasi lebih banyak dilakukan lewat virtual, termasuk bedah buku. (Fer/Medcom.id/H-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Msyaifullah
Berita Lainnya