KETIKA sedang mencuci mobil di garasi rumah, Handi Wijaya tiba-tiba jatuh pingsan. Beruntung istrinya mengetahui kejadian itu. Sang istri segera membawa suaminya ke ICU rumah sakit terdekat. Namun, setelah dirawat sepekan, tak juga ada perbaikan. Akhirnya, ia memutuskan membawa suaminya pindah ke rumah sakit lain. Pihak rumah sakit terpaksa harus melakukan operasi coronary artery bypass graft (CABG) karena sudah hampir seluruh pembuluh koroner Handi tersumbat.
Menurut pria berusia 75 tahun itu, sebelum terkena serangan jantung pada November tahun lalu, dia memang memiliki gaya hidup yang buruk. "Saya sudah mulai merokok sejak usia 15 tahun. Selain itu, saya juga nggak jaga pola makan. Saya masih sering makan goreng-gorengan," ungkapnya ketika ditemui dalam acara Patient Gathering & Health Talk Siloam Heart Institute di Rumah Sakit Siloam, Kebun Jeruk, Jakarta, Selasa pekan lalu.
Jantung merupakan salah satu organ terpenting yang terdapat dalam tubuh manusia karena berfungsi untuk memompa dan menyebarkan darah yang mengandung oksigen ke seluruh tubuh. Namun, di Indonesia tercatat bahwa sekitar 35% kematian di Indonesia disebabkan oleh penyakit jantung. Handi termasuk beruntung dapat diselamatkan.
Menurut Federasi Jantung Dunia, angka kematian akibat penyakit jantung koroner di Asia Tenggara mencapai 1,8 juta kasus pada 2014. Penyakit ini termasuk salah satu penyebab kematian nomor satu, baik di negara maju maupun negara berkembang. Aliran darah tersumbat Penyakit jantung koroner terjadi karena adanya sumbatan aliran darah ke jantung oleh lemak darah pada dinding arteri. Selain dapat mengurangi suplai darah ke jantung, pengendapan lemak darah ini juga dapat menyebabkan terbentuknya trombosis atau penggumpalan darah. "Akibatnya, penyumbatan pembuluh darah terjadi dan itulah yang menyebabkan serangan jantung," ujar dokter spesialis penyakit dalam Sandra Utami Widiastuti.
Menurut Sandra, faktor pemicu terjadinya pengendapan lemak darah ini antara lain tekanan darah tinggi, diabetes, kadar kolesterol yang tinggi, kurang olahraga, sering merokok, mengonsumsi alkohol, pola makan yang tidak baik, dan depresi. "Apabila seseorang memiliki faktor-faktor risiko tersebut, orang itu memiliki potensi untuk mengidap penyakit jantung koroner, dan risiko ini menjadi lebih tinggi daripada orang-orang yang tidak memiliki faktor-faktor tersebut," ujarnya.
Tindakan penanganan Jika terjadi penyumbatan pembuluh darah, perlu dilakukan tindakan untuk memberi jalan agar darah kembali menuju otot jantung. Umumnya, tindakan yang dilakukan oleh dokter ialah dengan operasi. Operasi yang cukup dikenal untuk mengatasi penyakit jantung koroner yakni dengan teknik pemasangan cincin (stent) dan CABG atau yang dikenal dengan istilah bypass. Kedua metode itu memiliki tujuan yang sama, yaitu untuk melancarkan aliran darah ke bagian jantung. "Pemasangan cincin (stent) dilakukan melalui kateter yang diarahkan ke bagian arteri yang mengalami penyempitan, kemudian balon dikembangkan sehingga arteri menjadi lebar. Pemasangan stent ini sangat menolong penderita ketika dilakukan pada periode emas atau kurang dari 3 jam setelah serangan jantung," ujar dr Maizul Anwar SpBTKV, Chairman Siloam Heart Institute.
Meski hampir semua keadaan penyempitan di pembuluh darah koroner dapat diatasi dengan pemasangan cincin, ada kondisi tertentu yang membuat penderita jantung koroner lebih disarankan untuk melakukan operasi bypass. Langkah itu merupakan prosedur untuk menyediakan jalan pintas dengan rute dari pembuluh darah arteri yang terhalang timbunan lemak menuju aorta (pembuluh arteri utama). Operasi ini disarankan jika teknik pemasangan cincin (stent) tak lagi dapat dilakukan. "Kita sarankan operasi bypass jika risiko pemasangan ringnya hampir sama dengan risiko operasi bypass. Selain itu, pemasangan cincin lebih dari tiga buah biayanya mahal, dan untuk jangka panjang pun hasil operasi bypass itu lebih maksimal," tutur Maizul.
Meski telah melakukan operasi bypass, bukan berarti pasien akan terbebas dari serangan jantung. Oleh sebab itu, pasien harus menjaga kualitas jantung, misalnya dengan berhenti merokok, memperhatikan tekanan darah, menghindari makanan berlemak, banyak mengonsumsi sayur dan buah, serta berolahraga secara teratur.