Headline
Pansus belum pastikan potensi pemakzulan bupati.
Jantung memompa darah ke seluruh tubuh dengan frekuensi denyut tertentu. Kecepatan denyut jantung yang ideal memberikan cukup waktu pada jantung untuk menampung darah sehingga darah yang dipompa dalam jumlah cukup.Namun, bila jantung terlalu cepat berkontraksi, darah yang dipompa lebih sedikit. Kondisi itu mengurangi pasokan oksigen yang dibawa darah untuk organ tubuh. Jika hal itu terjadi pada anak-anak yang masih dalam masa tumbuh kembang, akibatnya tentu sangat merugikan.
Dalam dunia kedokteran, jantung yang berdenyut terlalu cepat itu merupakan kelainan yang disebut takikardia. "Takikardia merupakan istilah yang merujuk pada laju denyut jantung di atas normal. Denyut jantung tersebut menjadi lebih cepat dibandingkan normalnya," papar dokter konsultan jantung anak Eka Hospital Pekanbaru, Shirley Leonita Anggriawan, pekan lalu.
Ia menjelaskan frekuensi denyut jantung pada anak-anak bervariasi sesuai umur. Pada bayi usia 0-30 hari misalnya, denyut jantung normal berkisar 90-180 kali per menit. Pada anak usia 1 tahun normalnya 105-170 kali per menit, dan pada anak usia 14 tahun normalnya 60-120 kali per menit.
Orangtua dapat dengan mudah mengecek denyut jantung anak dengan meraba nadi di pergelangan tangan. "Hitung jumlah denyutan dalam enam detik lalu kalikan dengan 10. Hasilnya merupakan jumlah denyut jantung per menit. Bandingkan dengan nilai normalnya. "Jika frekuensi denyutnya di atas rentang denyut normal, seorang anak digolongkan mengalami takikardia. Takikardia, lanjut Shirley, membuat kerja jantung tidak efektif dalam memompa darah. Akibatnya, organ tubuh tidak mendapatkan pasokan oksigen yang dibawa darah.
Hal itu dapat menyebabkan gejala-gejala mengganggu. "Seperti, pusing, sesak napas, jantung berdebar, nyeri dada, bahkan pingsan," imbuhnya.
Namun, banyak pula kasus takikardia pada bayi yang terjadi tanpa gejala khusus itu. Hanya saja, bayi tersebut rewel dan susah ketika menyusu. Pada kasus yang lain, takikardia terjadi tanpa gejala sehingga hanya bisa diketahui melalui pemeriksaan fisik atau tes jantung yang disebut elektrokardiogram.
Penanganan
Shirley menjelaskan penanganan takikardia disesuaikan dengan penyebabnya. Menurutnya, ada beberapa hal yang bisa menyebabkan takikardia.
Pertama, kondisi yang menyebabkan gangguan pada saraf simpatis dan parasimpatis. Kedua saraf itu mengatur denyut jantung. "Kondisi yang bisa mengganggu itu, misalnya dehidrasi, demam, hipoksia, anemia, syok, hipertiroid, kekurangan kalsium, dan obat-obatan tertentu."
Kedua, adanya gangguan pada sistem listrik di jantung, mengingat denyut jantung juga diatur sistem listrik tersebut. Gangguan pada sistem listrik itu bisa disebabkan kelainan bawaan yang disebut takikardia supraventrikular (SVT), pascaoperasi jantung, miokarditis atau peradangan otot jantung, serta tumor dalam jantung. Ketiga, lanjut Shirley, obat-obatan. Obat-obatan yang bisa meningkatkan denyut jantung, antara lain jenis amfetamin, kokaina, kafeina, ephedrine, antihistamin, dan teofilin.
"Penanganan takikardia dilakukan berdasarkan penyebabnya. Penanganan dilakukan dengan obat-obatan, menggunakan alat ablasi kateter, alat pacu jantung, serta operasi pembedahan. Selain itu, jika takikardia disebabkan oleh masalah medis lain, seperti hipertiroidisme, mengobati masalah pemicu itu akan mencegah atau meminimalkan takikardia. (Mlt/H-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved