Headline
AS ikut campur, Iran menyatakan siap tutup Selat Hormuz.
Tren kebakaran di Jakarta menunjukkan dinamika yang cukup signifikan.
BAGI Prisia Nasution, 35, panggung teater punya daya magis, meski ia juga tidak memungkiri perasaan kontradiksi yang timbul antara benci tapi cinta terhadap panggung.
Prisia, yang menjajal debutnya sebagai pemeran utama di layar perak lewat film Sang Penari, memang belum banyak berakting di atas panggung. Meski begitu, ia selalu menghormati panggung sebagai medium berekspresi.
“Panggung buat aku terlalu banyak magic. Aku respect banget sama panggung. Senang sih nonton teater, tahu bagaimana prosesnya gila-gilaan. Tapi, kalau aku sendiri pas injek panggung, jadi panas dingin. Aku sama panggung tuh love hate relationship,” ceritanya dalam siaran langsung bersama Happy Salma, kemarin.
Benci tapi cinta yang dimaksud ialah dirinya selalu mengamini tawaran untuk bermain teater, termasuk proses yang harus dijalani. Namun, ia benci ketika sudah tiba waktunya untuk pentas karena selalu timbul grogi.
Salah satu lakon yang pernah Prisia perankan di panggung teater ialah Nyanyi Sunyi Revolusi, naskah yang berkisah perihal penyair Amir Hamzah. Saat itu, Pia, sapaannya, berperan sebagai Tahura, anak sang pujangga. Setelahnya, ia mengaku ketagihan untuk berakting di pentas teater.
“Panggung bikin addict. Awalnya mules, pas udahan nagih. Kalau sekarang ditanya, pasti mau banget. Tapi, giliran pentas muncul pertanyaan, kenapa gue ambil kerjaan ini sih?” lanjut Pia. (Jek/M-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved