Headline

Banyak pihak menyoroti dana program MBG yang masuk alokasi anggaran pendidikan 2026.

Deteksi Dini Glaukoma Cegah Kebutaan

24/2/2016 03:15
Deteksi Dini Glaukoma Cegah Kebutaan
(THINKSTOCK)

GLAUKOMA merupakan penyakit saraf mata akibat peningkatan tekanan pada bola mata. Penyakit itu menyebabkan kebutaan permanen yang tidak bisa dipulihkan. Diperlukan deteksi dini untuk memperlambat laju keparahan glaukoma.

Mengutip data WHO, Ketua Glaukoma Service Jakarta Eye Center (JEC) dr Widya Artini SpM yang akrab disapa dr Ikke Sumantri mengungkapkan glaukoma merupakan penyebab kebutaan kedua terbesar di dunia setelah katarak. Bedanya katarak bisa dipulihkan dengan operasi, tapi tidak demikian dengan glaukoma. Pasalnya, pada glaukoma, yang rusak ialah bagian saraf mata.

“Glaukoma sering tidak disadari oleh pasien sebab kerusakan yang terjadi berjalan sedikit demi sedikit,” ujar Ikke pada diskusi di Jakarta, Selasa (23/2).

Ikke menjelaskan penyebab utama glaukoma ialah meningkatnya tekanan bola mata atau yang disebut tekanan intraokular (TIO). Batasan TIO normal ialah 10-22 mmHg. TIO ditentukan banyaknya produksi cairan aquoeus humor dan hambatan-hambatan sirkulasi cairan tersebut pada bola mata.

“Aquoeus humor merupakan cairan yang terdapat di antara lensa mata dan kornea. Normalnya, cairan itu akan bersirkulasi dengan lancar.” Ketika saluran aliran aquoeus humor terblokir, tekanan pada bola mata meningkat, saraf pun tertekan hingga lama-kelamaan rusak. Saraf yang rusak tidak bisa meneruskan rangsang penglihatan ke otak untuk diinterpretasikan sebagai bentuk benda.

Sejauh ini, belum ada pengobatan yang bisa menyembuhkan glaukoma. Namun, laju keparahannya bisa diperlambat dengan obat-obatan dan tindakan operasi. Karena itulah, deteksi dini melalui pemeriksaan tekanan bola mata penting untuk dilakukan. Terlebih bagi mereka yang tergolong berisiko tinggi mengalami glaukoma.

Mereka ialah orang yang memiliki keluarga penderita glaukoma, memiliki tekanan bola mata tinggi, miopia (mata minus) dan hipermetropia (mata plus) yang tinggi, diabetes dengan gula darah tinggi yang lama, hipertensi, migrain, pernah mengalami kecelakaan atau trauma mata, dan menggunakan obat steroid dalam jangka lama.

“Kalau ada riwayat keluarga glaukoma, disarankan untuk melakukan pemeriksaan mata secara teratur sejak usia 35 tahun, lebih dini lebih baik.”

Ia menambahkan, sebagian besar glaukoma tidak bergejala hingga terjadi glaukoma akut. Pada glaukoma akut gejalagejala yang dapat dirasakan antara lain timbulnya warna pelangi di sekitar neon ketika memandang lampu neon atau sumber cahaya, mata terasa sakit disertai sakit kepala hingga mual dan muntah, penglihatan menjadi buram mendadak, serta berkurangnya luas lapang penglihatan. (Mlt/H-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Msyaifullah
Berita Lainnya