Headline
Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.
Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.
PANTI Rehabilitasi Penyandang Cacat Santa Dymphna, di Jalan Litbang-Napunglangir Wairklau, Kelurahan Kota Uneng, Kecamatan Alok, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur, dihuni 123 orang dengan gangguan kejiwaan. Demi mememenuhi kebutuhan pasien sakit jiwa, pengelola panti menjual buku lewat karya yang ditulis oleh Sr. Lucia, CIJ.
Penanggung Jawab Panti Rehabilitasi Penyandang Cacat Santa Dymphna, Sr. Lucia, CIJ mengaku, biaya operasional di panti ini sangat besar. Sementara dana yang ada sangat terbatas. Lantaran itu, pihaknya mencaro solusi dengan menjual buku lewat karyanya.
"Operasional kami disini besar sekali. Semua pasien yang dirawat tidak dipungut biaya. Semuanya gratis tetapi kami tidak punya donatur tetap. Kami kerja keras dengan menjual buku hasil karya saya sendiri. Saya tulis sejumlah puisi untuk dijual kepada siapapun. Ketika mereka membaca puisi saya dan jika ada hati yang tergerak membantu, syukurlah. Intinya bisa menghasilkan uang untuk menghidupi pasien sakit jiwa ini," katan dia, di ruang kerjanya Panti Santa Dymphna, Sabtu (8/2).
Buku yang dijualnya, harganya bervariasi. Ada buku yang dibanderol Rp100 ribu dan 50 ribu. Semua buku yang dijual itu, umumnya berisi
puisi. Isinya menggerakan orang untuk membuka hatinya memberikan sedikit kelebihannya untuk bisa menghidupi pasien gangguan jiwa ini.
Selain itu, jelas dia, dirinya juga membuka warung yang ada di Pasar Alok. "Kami belanja harian untuk pasien sakit jiwa untuk makan minum, kita
ambil dari keuntungan dari buka warung. Saya juga sering buat beberapa video tentang kehidupan pasien sakit jiwa, yang dikirim lewat youtube.
Tujuannya orang menonton video itu bisa berbelas kasih untuk kami," harap Lucia, kelahiran di Mataloko ini.
Sr. Lucia menyampaikan, jumlah pasien sakit jiwa yang ditampung di panti ini sebanyak 123 orang terdiri dari laki-laki 8 orang dan perempuan 115 orang.
"Pasien yang ada dirawat ini berasal dari seluruh Indonesia. Pasien paling banyak saat ini berasal dari Kabupaten Sikka," tuturnya.
Dikatakannya, pasien gangguan jiwa yang ada ini, ada yang keluarga mereka yang antar untuk dirawat. Ada pasien juga kita temukan di jalan
dan dibawah ke panti ini untuk dirawat.
"Kalau keluarga mereka datang kunjung pasiennya, mereka sering bawa sayur, beras dan lain-lain. Jadi keluarga bawa itu, kita disini
langsung mencatatnya. Tidak ada biaya perawatan pasien disini. Semuanya fasilitas yang kita sediakan itu gratis buat pasien gangguan jiwa ini,"
tuturnya
Selain itu, ia mengaku, ada keluarga yang datang mengantar pasiennya selanjutnya tidak pernah datang mengunjungi.
"Ada pasien hingga tutup usianya, keluarganya tidak pernah datang. Ketika pasien meninggal kita urus secara baik. Betul-betul mereka
terbuang. Kasihan sekali," ungkapnya
Ada beberapa pasien gangguan jiwa yang dirawat di sini, jelas dia, sudah sembuh dan telah dipulangkan ke keluarga mereka masing-masing
"Pasien yang sudah sembuh banyak. Bahkan ada pasien yang sembuh itu bekerja di panti ini untuk merawat yang lain. Ada juga pasien yang
sekarang mau kuliah," ungkapnya
Ketika ditanya wartawan, apakah ada bantuan dari Pemerintah untuk membiayai operasional di panti ini, Sr. Lucia mengaku, ia tidak terlalu
mengharapkannya. Sebab aturan yang diberikan pemerintah terlalu banyak. "Kita pernah buat proposal ke pemerintah tetapi aturan terlalu banyak.
Saya tidak mau pemerintah sumbang baru intervensi kita. Lebih baik kami jual buku, kopi dan nasi bungkus, kasih makan pasien gangguan jiwa ini
lebih terhormat,"pungkasnya. (OL-13)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved