Headline
Putusan MK dapat memicu deadlock constitutional.
KEBERADAAN organ pipa menjadi salah satu daya tarik umat untuk beribadah di GPIB Immanuel. Hal itu diakui koordinator organis gereja yang berada di Jalan Medan Merdeka Timur, Gambir, Jakarta Pusat itu, Calvin Eko Saputro
"Umat di Gereja Immanuel sangat ketagihan. Sangat tergantung dengan organ pipa ini," ungkap Calvin kepada Media Indonesia, pekan lalu.
"Saya menduga mereka ketagihan karena ibadah dengan organ pipa menghadirkan suasana yang syahdu. Suasana yang sulit dilukiskan dengan kata-kata," imbuhnya.
Calvin mengisahkan organ pipa di GPIB Immanuel dipasang pada 1841 atau sudah berusia 178 tahun pada tahun ini.
"Pas zaman Jepang, gereja ini ditutup dan dijadikan rumah abu bagi prajurit Jepang yang gugur. Ketika Jepang meninggalkan Indonesia, gereja dipulihkan, organ pipa direnovasi dan bisa dimainkan lagi," ungkap Calvin.
Baca juga: UNESCO Resmi Akui Pencak Silat sebagai Warisan Budaya Indonesia
Menurut Calvin, sejak 1841 hingga hari ini, nyaris tidak ada perubahan pada organ pipa itu.
"Tutsnya yang terbuat dari gading juga dipertahankan. Pipa yang berjumlah 1.155 juga dipertahankan. Suaranya tidak berubah dari zaman dulu, kayunya juga tidak berubah. Jika ada yang diganti paling hanya kursi pemain organnya saja," paparnya.
Organ pipa di Indonesia cukup langka. Selain di GPIB Immanuel, organ pipa bisa ditemukan di Gereja Katedral, GRII Kemayoran, GPIB Paulus, dan Gereja Sion di kawasan Kota. "Tapi, yang rutin dimainkan hanya di sini," kata Calvin dengan bangga.
Menurut Calvin, bermain organ pipa sebenarnya tidak susah. "Yang penting, Anda harus bisa memiliki dasar bermain piano klasik. Yang menjadi masalah adalah mengader pemain. Saya berharap banyak anak muda yang tertarik dengan warisan sejarah ini." (OL-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved