Harga Kantong Plastik Dinanti

MI/Richaldo Y Hariandja
30/1/2016 03:00
Harga Kantong Plastik Dinanti
(ANTARA FOTO/Ampelsa)

KALANGAN pengusaha menunggu pemerintah untuk segera menetapkan harga kantong plastik berbayar. Itu perlu dilakukan sebelum rencana peluncuran plastik berbayar di 23 kota di Indonesia pada 21 Februari 2016. "Kalau kami, inginnya plastik berbayar ini mulai dari harga terendah dulu," kata Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy Nicholas Mandey saat dihubungi oleh Media Indonesia, di Jakarta, kemarin.

Sebelumnya, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menerapkan kebijakan kantong plastik berbayar di seluruh usaha ritel di 23 kota pada 21 Februari 2016. Kebijakan itu nantinya juga diterapkan di pasar tradisional. Itu dilakukan karena 80% kantong plastik akan menjadi sampah dan perlu waktu puluhan tahun agar plastik terurai sehingga mencemari lingkungan. Roy menjelaskan penetapan harga diperlukan karena penerapan kantong plastik berbayar masih ajang uji coba dan metode edukasi kepada masyarakat.

Dengan begitu, penerapan harga plastik terendah dipandang tidak akan memberatkan masyarakat. "Jika penerapan harga plastik sudah terlalu tinggi sejak uji coba, dikhawatirkan pesan kepada masyarakat tidak sampai. Kami harap semua ini bisa smooth dan tidak ada gejolak sosial di masyarakat," tambah Roy. Dia menambahkan, pihaknya sudah merapatkan barisan dan menunggu aba-aba untuk mengonversi plastik standar menuju plastik berbayar.

Namun, Roy berharap pemerintah gencar mengedukasi wacana plastik berbayar. Pasalnya, ritel menjadi eksekutor pada program ini. "Nah sebelum sampai ke kami, kami ingin mulai dari hulu juga gencar melakukan edukasi dan sosialisasi,'' lanjut Roy. Menurutnya, edukasi paling mungkin dengan menggelar seminar dan talk show karena cara itu memungkinkan masyarakat berinteraksi.

Gencar sosialisasi
Peneliti Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Ilyani Sudardjat secara terpisah meminta sosialisasi dilakukan sebalum regulasi diberlakukan. Itu untuk memberi waktu kepada masyarakat agar menyiapkan kantong belanja sendiri. "Sosialisasi harus masif, langkah mudahnya justru bisa dilakukan dari ritel itu sendiri," terang Ilyani. Dengan demikian, masyarakat tidak kaget atas regulasi ketika eksekusi uji coba plastik berbayar.

Di sisi lain, Oktaviani Rotua Gultom, 26, selaku masyarakat yang cukup sering berbelanja di ritel, mengaku tak mempermasalahkan kantong plastik berbayar. Ia mengaku sebisa mungkin tidak menggunakan kantong plastik saat berbelanja. "Kalau masih cukup dalam tas saya, saya masukkan ke sana, jadi tidak peduli berapa harga plastik tersebut," ucap Oktaviani.

Oktaviani pun mengatakan siap terhadap regulasi kantong plastik berbayar yang akan diterapkan oleh pemerintah. Apalagi, ia menyadari bahwa ada beban pencemaran lingkungan yang dihasilkan oleh kantong plastik. "Selain itu, kalau bisa, pengemasan suatu barang jangan boros sampah. Kalau sudah memakai kardus, ya kardus saja, jangan ada plastik lagi yang membungkusnya," tukasnya. (H-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya