Headline

Dalam suratnya, Presiden AS Donald Trump menyatakan masih membuka ruang negosiasi.

Fokus

Tidak semua efek samping yang timbul dari sebuah tindakan medis langsung berhubungan dengan malapraktik.

Populasi Bekantan Rawa Gelam Tapin Terus Bertambah

Denny S
29/1/2016 10:39
Populasi Bekantan Rawa Gelam Tapin Terus Bertambah
(ANTARA/Herry Murdy Hermawan)

Populasi kera hidung panjang Bekantan (Nasalis Larvatus) yang hidup di kawasan konservasi hutan Rawa Gelam Desa Lawahan, Sungai Muning, Kabupaten Tapin, Kalimantan Selatan, terus bertambah.

Hal ini dikemukakan Budi Karya, Deputy Eksternal Affair PT Antang Gunung Meratus (AGM), terkait peringatan Hari Primata, Jumat (29/1).

"Berdasarkan laporan penelitiantim ahli primata IPB diketahui jumlah bekantan yang menghuni kawasan Rawa Gelam Sungai Muning sebanyak 350 ekor dan terus bertambah," ungkapnya.

Pertambahan populasi bekantan yang hidup di areal konservasi bekantan ini terlihat dari banyaknya bayi bekantan yang baru lahir dan munculnya kelompok-kelompok bekantan. Perkembangan populasi juga terjadi pada kera jenis lain seperti kera ekor panjang, kera hitam (lutung) yang dengan mudah dapat dijumpai di areal yang telah ditetapkan menjadi kawasan ekowisata bekantan oleh Pemkab Tapin.

Bekantan merupakan hewan endemik khas Kalimantan, spesies yang sangat arboreal dan akan menjelajah ke tanah hanya sesekali untuk mencari makanan. Ciri-ciri utama yang membedakan bekantan dari monyet lainnya adalah hidung panjang dan besar yang hanya ditemukan di spesies jantan.

Monyet betina lebih memilih jantan dengan hidung besar sebagai pasangannya. Karena hidungnya inilah, bekantan dikenal juga sebagai monyet Belanda.

Bekantan tersebar di hutan bakau, rawa, dan hutan pantai di Pulau Kalimantan, termasuk Sabah, Serawak, dan Brunei. Namun, berkurangnya habitat hutan dan maraknya penangkapan liar menyebabkan bekantan terancam punah sehingga dimasukkan ke dalam satwa yang dilindungi.

PT Antang Gunung Meratus sejak 2012 menggagas terwujudnya Kawasan Konservasi Bekantan bekerja sama dengan Prof Hadi S Alikodra, seorang ahli primata dari IPB dan Pemerintah Kabupaten Tapin. Pemkab Tapin telah menerbitkan Surat Keputusan Bupati Tapin Nomor 188.45/060/KUM/2014 tentang Penetapan Kawasan Bernilai Penting Bagi Konservasi Spesies Bekantan dan telah menyiapkan lahan sepanjang 12 kilometer untuk akses masuk ke kawasan Ekowisata Bekantan.
Sedangkan PT Antang Gunung Meratus dengan komitmennya akan pelestarian lingkungan telah mewujudkan pembangunan beberapa infrastruktur pendukung Ekowisata Bekantan seperti Gardu Pandang, Bangunan Plaza, Dermaga, Nursery dan sarana pendukung lainnya serta melakukan penanaman ribuan bibit tanaman lokal yang sesuai dengan ekosistem pada kawasan tersebut, sesuai dengan Rancangan Teknis yang telah dibuat sebelumnya.

Terkait hal ini, Yoet Suharya selaku penggagas pembangunan kawasan konservasi bekantan ini mendapatkan penghargaan sebagai pengabdi lingkungan dari sebuah organisasi lingkungan yang disebut Pena Hijau Award pada 2015. (OL-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya