Headline
Presiden Trump telah bernegosiasi dengan Presiden Prabowo.
Presiden Trump telah bernegosiasi dengan Presiden Prabowo.
Warga bahu-membahu mengubah kotoran ternak menjadi sumber pendapatan
SERANGAN stroke bisa bikin lumpuh, hingga mendatangkan maut. Dengan dampak yang begitu merugikan, langkah pencegahan amatlah penting. Salah satunya, dengan rutin meraba nadi sendiri. Kok bisa?
Pakar aritmia, Prof dr Yoga Yuniadi SpJP(K), menjelaskan, salah satu penyebab stroke adalah fibrilasi atrium. Yakni kelainan irama jantung berupa detak jantung yang tidak regular.
"Berdasarkan penelitian, 40% kejadian stroke berhubungan dengan adanya fibrilasi atrium," ujarnya pada temu media membahas fibrilasi atrium, di RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita, Jakarta beberapa waktu lalu.
Denyut yang tidak teratur membuat sirkulasi darah dalam jantung tidak normal. Darah cenderung berputar-putar. Putaran itu memudahkan terbentuknya gumpalan darah.
"Paling sering, gumpalan itu terjadi pada bagian yang disebut kuping jantung," ujar Guru Besar Kardiologi dan Kedokteran Vaskular Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia itu.
Ketika gumpalan tersebut keluar dari jantung, terbawa aliran darah, lalu tersangkut menutup pembuluh darah di otak, terjadilah stroke. Penderita fibrilasi atrium berisiko lima kali lebih tinggi untuk mengalami stroke daripada orang tanpa kelainan itu.
Stroke pada penderita fibrilasi memiliki tingkat keparahan yang tinggi, bersifat lama, dan sering berulang.
"Banyak kasus stroke pada penderita fibrilasi atrium yang berakhir dengan kelumpuhan. Rata-rata, 50% pasien yang terkena stroke ini akan mengalami stroke kembali dalam satu tahun."
Ayo menari
Di Indonesia, lanjut Prof Yoga, diperkirakan ada 2,2 juta penderita fibrilasi atrium. Sayangnya, banyak yang tidak menyadari.
"Sekitar 40% dari penderita fibrilasi atrium baru ketahuan setelah mengalami stroke," kata dokter RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita itu.
Padahal, deteksi dini fibrilasi atrium mudah dilakukan. Yakni dengan rutin meraba nadi sendiri, apakah denyutnya teratur atau tidak. Karenanya, sejumlah asosiasi di bidang kardiovaskuler pun menggencarkan kampanye Menari, kependekan dari meraba nadi sendiri.
"Raba nadi di pergelangan tangan di area bawah tulang ibu jari dengan menempelkan tiga jari yaitu telunjuk, jari tengah, dan jari manis, tekan sedikit. Rasakan apakah irama denyutnya teratur atau ada periode denyutnya lebih cepat, denyutnya hilang, tidak teratur."
Fibrilasi atrium terjadi karena abnormalitas sistem listrik jantung yang mengatur denyut. Abnormalitas itu terjadi karena faktor genetik, usia lanjut, hipertensi, diabetes, dan penyakit jantung koroner. Menari sangat dianjurkan rutin dilakukan oleh orang-orang yang memiliki faktor risiko tersebut.
Jika curiga denyut jantungnya tak teratur, sebaiknya periksakan ke dokter. Dokter akan memastikan melalui serangkaian pemeriksaan. Jika terbukti, terapi akan diberikan. Terapinya antara lain, teknik ablasi kateter, pemasangan alat LAA Closure, serta pemakaian obat antikoagulan oral generasi baru (OKB). OKB berfungsi untuk mencegah terjadinya penggumpalan darah di jantung yang bisa memicu stroke.
Karena ketersediaan alat ablasi kateter dan LAA Closure terbatas, terapi OKB menj adi alternatif yang lebih mudah diterapkan. Sayangnya, OKB belum masuk jaminan BPJS Kesehatan.
"Memang harganya lebih mahal daripada antikoagulan generasi lama yang ditanggung BPJS, tapi sudah dihitung bahwa cost effectiveness OKB jauh lebih unggul. Kalau pakai generasi lama perlu kontrol yang sangat ketat karena risiko perdarahannya tinggi, termasuk perdarahan di otak yang juga bisa bikin stroke."
Mengingat jumlah penderita fibrilasi atrium yang cukup besar, yang akan berpengaruh pada peningkatan kasus stroke, pemerintah diharapkan memasukkan OKB dalam tanggungan BPJS Kesehatan. (OL-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved