Jerat Satwa Ancam Populasi Harimau Sumatra

Dhika Kusuma Winata [email protected]
01/8/2019 05:20
 Jerat Satwa Ancam Populasi Harimau Sumatra
BBKSDA Riau Selamatkan Harimau Sumatra Terperangkap Jerat(Foto: Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau)

POPULASI harimau sumatra (Panthera tigris sumatrae) semakin terancam dan mengkhawatirkan. Tidak hanya akibat fragmentasi habitat dan perburuan kini jerat satwa yang ada di hutan juga mengancam keberadaannya.

Dalam kurun waktu tujuh tahun terakhir Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan berhasil menyita 3.285 jerat satwa di hutan habitat harimau sumatra. Harimau sumatra sendiri menjadi satu-satunya jenis harimau endemik Indonesia yang tersisa setelah harimau bali dan harimau jawa dinyatakan punah.

"Banyaknya jerat satwa di hutan dan kebun masyarakat masih menjadi ancaman," kata Dirjen Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem KLHK Wiratno dalam diskusi Hari Harimau Sedunia, di Jakarta, kemarin. Data Population Viability Analysis (2016), populasi harimau diperkirakan berjumlah 603 individu yang tersebar pada 23 kantong habitat di sumatra. Ribuan jerat satwa yang disita melalui patroli rutin Ditjen KSDAE KLHK sebagian besar ditemukan di kawasan taman nasional.

Sebanyak 1.327 jerat ditemukan di TN Leuser, 1.357 jerat di TN Kerinci Seblat, di TN Bukit Barisan Selatan (398), di TN Way Kambas (41), di TN Berbak Sembilang (22), di TN Bukit Tiga Puluh (5), dan di TN Tesso Nilo (4). Jerat yang paling banyak ditemukan berbahan kawat dan nilon. Jerat satwa tersebut jamak ditemukan di zona inti dan zona rimba hutan.

Menurut Wiratno, jerat diduga lazimnya dipasang pemburu untuk membuat harimau lumpuh. Dalam sejumlah kasus temuan KLHK, jerat mengakibatkan harimau terluka bahkan berujung amputasi kaki. Pada sejumlah kasus lain, harimau korban jerat tewas dalam masa perawatan.

Ketua Forum Harimau Kita Munawar Kholis mengatakan metode jerat yang digunakan para pemburu amat mengancam konservasi harimau. Jerat terkadang juga menyasar satwa lain seperti gajah. Namun, pelaku pemasang jerat, imbuhnya, kerap mengaku tidak sengaja mendapati harimau. Mereka mengaku tidak mengincar harimau melain-kan satwa lain seperti babi.

Upaya rehabilitasi

Semakin berkurangnya populasi harimau sumatra perlu mendapat perhatian serius dari semua pihak. "Mulai saat ini, satwa liar dilindungi termasuk harimau sumatra yang berada di luar kawasan konservasi dapat terlin-dungi seperti halnya satwa liar lainnya di dalam kawasan konservasi," ujar Dirjen KSDAE Wiratno saat menghadiri pelepasan Bonita dan Atan di Pusat Rehabilitasi Harimau Sumatra Dharmasraya (PR-HSD) milik Yayasan ARSARI Djojohadikusumo.

Kementerian LHK bersama dengan PR-HSD sebelumnya telah melakukan serangkai-an proses rehabilitasi terhadap Bonita dan Atan Bintang hingga siap dilepasliarkan. Sementara itu, Hashim Djojohadikusumo menyatakan jika PR-HSD telah berkomitmen untuk terus membantu pemerintah melestarikan dan menambah jumlah populasi harimau sumatra.

Sejak diresmikan Menteri LHK Siti Nurbaya pada 29 Juli 2017 lalu, PR-HSD telah merehabilitasi terhadap 6 individu harimau dengan 4 individu berhasil dilepasliarkan ke habitat alaminya.(YH/H-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Triwinarno
Berita Lainnya