Headline

PRESIDEN Amerika Serikat (AS) Donald Trump telah menetapkan tarif impor baru untuk Indonesia

Fokus

MALAM itu, sekitar pukul 18.00 WIB, langit sudah pekat menyelimuti Dusun Bambangan

Luhut: 80% Sawit di Indonesia Bermasalah

Siswantini Suryandari
16/7/2019 14:57
Luhut: 80% Sawit di Indonesia Bermasalah
Ilustrasi(Antara)

PERSOALAN sawit di Indonesia harus ditata kembali. Sebab hingga saat ini masih menyisakan persoalan. Terutama persoalanluasan  lingkungan, dan plasma. Hal itu dikemukakan oleh Menko Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan saat menjadi pembicara kunci dalam acara Workshop Teknologi Pemanfaatan Minyak Sawit Untuk Green Fuel dalam Mendukung Ketahanan Energi dan Kesejahteraan Petani Sawit, yang diselenggarakan oleh BPPT di Jakarta, Selasa (16/7).

"Masalah sawit ini banyak persoalan. Ada 80% lahan sawit bermasalah terutama luasan, lingkungan dan plasmanya. Kami sudah usulkan kepada presiden. Kalau memanggil KPK untuk mengusut ya bisa, tapi ini akan meluas kemana-mana. Jadi kami cari solusinya," terang Luhut.

Di sisi lain, terkait isu lingkungan, Luhut sepakat dengan BPPT bahwa harus ada dukungan untuk menjadikan sawit sebagai produk energi ramah lingkungan. Apalagi saat ini Indonesia mendukung penuh energi baru dan terbarukan. Sebelumnya, Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Hammam Riza mengatakan bahwa konsumsi minyak di dalam negeri terus meningkat. Dan saat ini Indonesia mengimpor BBM 370 barel per hari dan biodiesel sebesar 50 ribu barel per hari.

Jumlah tersebut cukup besar, padahal Indonesia salah satu produsen sawit terbesar di dunia. Menurutnya perlunya dimaksimalkan sawit sebagai biodiesel.

Pada kesempatan sama mantan Kepala BPPT Unggul Priyanto pada kesempatan sama mengatakan bahwa BPPT sudah siap menyediakan teknologi untuk energi hijau bersumber dari kelapa sawit, yakni teknologi biohidrokarbon.

"Saat ini sudah digarap campuran biodiesel dan solar, dengan komposisi 50%-50%," terangnya.

baca juga: Aktivitas Pariwisata The Nusa Dua Normal Pasca Gempa

Dukungan untuk biodiesel skala industri sangat dibutuhkan saat ini.  Hal itu dikeluhkan ITB yang telah mengembangkan bahan bakar nabati. Namun hingga kini riset tersebut belum didukung oleh investasi industri migas.

"Ya keinginan kami ini, cuma punya pabrik gede dengan dana sekitar Rp100 miliar untuk memproduksi bahan bakar nabati dari sawit ini. Daripada negara impor BBM sebesar Rp300 triliun," keluh seorang peneliti dari ITB yang hadir dalam workshop tersebut.(OL-3)


 

 

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik