Headline

Dalam suratnya, Presiden AS Donald Trump menyatakan masih membuka ruang negosiasi.

Fokus

Tidak semua efek samping yang timbul dari sebuah tindakan medis langsung berhubungan dengan malapraktik.

Perlu Kepedulian Semua Pihak Ajak Milenial Perangi Radikalisme

Mediaindonesia.com
26/4/2019 21:10
Perlu Kepedulian Semua Pihak Ajak Milenial Perangi Radikalisme
Guru Besar Sosiologi Politik dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, Prof Iwan Gardono Sujatmiko PhD(Ist)

MENGINGAT karakter dunia maya yang tanpa batas (borderless), maka gerakan kaum milenial peduli perdamaian melalui dunia maya harus menjadi gerakan global. Tentu dibutuhkan generasi milenial atau duta-duta damai di dunia maya baik pada level nasional, regional, hingga global untuk berkolaborasi menebarkan pesan-pesan perdamaian. 

Hal ini agar para generasi muda ini juga tidak mudah hal-hal negatif seperti propaganda radikal terorisme maupun ujaran kebencian yang disebarkan melalui dunia maya.

Namun, untuk mewujudkan hal itu, semua pihak baik dari institusi pemerintah dan kalangan swasta harus turut serta berperan aktif dengan melibatkan para generasi muda dengan memberikan pelatihan untuk mau berpartisipasi dalam melakukan menyebaran konten-konten perdamaian melalui dunia maya.

“Pelatihan-pelatihan seperti yang dilakukan BNPT terhadap para generasi muda untuk menciptakan perdamaian dalam menangkal ujaran kebencian, kekerasan, intoleransi ini sangat penting. Tidak harus dilakukan BNPT saja, kementerian lain yang terkait dengan pendidikan tehadap generasi muda seperti Kemendikbud, Kemenristekdikti, Kemenkominfo, dan Kemenpora harus mau memberikan pelatihan kepada generasi muda untuk mau peduli dalam menyebarkan masalah perdamaian melalui dunia maya,” ujar Guru Besar Sosiologi Politik dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, Prof Iwan Gardono Sujatmiko PhD, di Jakarta, Jumat (26/4).

Dikatakan Iwan, perusahaan-perusahaan dengan kegiatan CSR-nya juga bisa melibatkan kaum milenial ini untuk menggaungkan perdamaian. Jika nantinya semua pihak itu bisa menggandeng para generasi muda tersebut, maka lama-lama para generasi muda penggerak perdamaian di dunia maya itu akan bertambah banyak dan akhirnya bisa mengampanyekannya melalui dunia maya secara masif.

“Kalau hal itu bisa ditonjolkan dengan masif, tentunya negara lain akan dapat melihat hal tersebut bahwa Indonesia berupaya mengampanyekan perdamaian melalui generasi mudanya. Apalagi zaman sekarang teknologi sudah berkembang pesat dan canggih. Semua orang dalam hitungan detik juga bisa langsung melihat, negara lain bisa langsung melihat secara cepat,” ujarnya.

Kalau itu terjadi, menurut Iwan, Indonesia akan menjadi pelopor bahwa kaum milenial mampu menggaungkan perdamaian tersebut. Apalagi, dia melihat program yang dilakukan BNPT dengan membentuk Duta Damai Asia Tenggara beberapa hari  lalu merupakan suatu yang sangat luar biasa dalam upaya merangkul kaum milenial di kawasan regional.

“Duta Damai Dunia Maya ini sesuatu yang baru dan bagus. Jadi ada progres kemajuan dari yang semula lingkupnya nasional sekarang berkembang ke wilayah regional. Sehingga ini nanti mungkin bisa juga dicontoh di kawasan lain seperti Asia Selatan atau mungkin juga di Timur Tengah. Dan ini menurut saya bagus sekali. Tidak menyangka kita bisa seperti ini,” ucap alumnus Havard University, Amerika Serikat, ini.

Selain itu, menurut Iwan, agar kaum milenial mau menggaungkan perdamaian secara global bisa juga dilakukan melalui kampus-kampus. Hal ini disebabkan  mahasiswa di kampus itu juga memiliki jaringan dan juga dapat dipayakan melalui unit-unit kegiatan mahasiswa terhadap kegiatan yang lebih kepada nilai harmoni kebinnekaan dan toleransi.

“Karena hal itu juga merupakan bagian untuk meng-counter propaganda yang dilancarkan kelompok-kelompok yang ingin mengembangkan intoleransi. Itu yang mungkin selama ini masih kurang digalakkan di kampus-kampus. Termasuk di jenjang bangku sekolah seperti tingkat SMA. Karena sekarang ini mereka (mahasiswa dan pelajar) mayoritas adalah pengguna siber. Dan di siber itu semua konten pasti akan masuk terus. Kalau mereka tidak dibekali pemahaman yang cukup seperti toleransi, wawasan kebangsaan, dan hal-hal yang berhubungan dengan budaya kita, tentu  nasionalismenya akan tergerus oleh hal-hal negatif,” tuturnya.  

 

Baca juga: Rektor President University Dikukuhkan Jadi Guru Besar

 

Dikatakan Iwan, kendala yang dihadapi para generasi muda seolah-olah enggan untuk mau peduli dengan menyebarkan perdamaian karena kurangndukungan. Dan kaum muda ini jika mendapatkan dukungan tentunya mereka pasti akan dapat berjalan.

“Nah apa yang dilakukan BNPT itu kan sebagai upaya negara untuk mendukung kaum milenial untuk menggaungkan perdamaian. Sekarang  tinggal bagaimana di kampus-kampus itu mau melaksanakannya. Karena ini kan sebenanrya bukan hanya untuk terorisme semata, tapi juga bisa untuk  masalah lain seperti SARA. Kalau tidak dibantu meng-counter seperti ini juga akan repot nantinya, seperti ada pembiaran. Karena SARA itu kan juga merupakan upaya pembelahan. Jadi harus digaungkan juga,” ucapnya.

Faktor lain yang membuat kaum milenial ini enggan menggaungkan perdamaian juga akibat dari banyaknya tayangan televisi yang kurang memberikan edukasi kepada generasi muda. Pemilik televisi, menurutnya, harus dapat memberikan waktu misalnya beberapa jam dalam seminggu untuk menampilkan hal-hal yang berhubungan dengan toleransi yang ada di tengah-tengah perbedaan.

“Perbandingannya antara program edukasi dan sinetron itu ya 50:50 lah.  Karena kalau tidak dilakukan seperti itu, generasi milenial ini otaknya mudah tercuci dengan tayangan-tayangan yang mengandung unsur kebencian, kekerasan atau intoleransi,” ucapnya.

Menurutnya, setelah infrastruktur telah banyak dibangun negara ini, maka selanjutnya sumber daya manusia (SDM) bangsa ini juga harus dipekuat.

"Tapi kalau SDM-nya ada, jika suasana rasa solidaritasnya tidak ada ya tetap akan susah. Bahkan bukan hanya di tingkat SMA saja, di PAUD dan SD, bibit-bibit radikalisme itu sudah mulai ada,” ujarnya.

Karena di dunia maya sekarang ini sudah banyak digerilya oleh kelompok-kelompok radikal baik di sosmed dan lainnya mengenai hal-hal yang bersifat kekerasan, intoleransi dan sebagainya.

"Itu yang terjadi. Kalau tidak di-counter ya tentunya akan membuat suasana bangsa ini bisa semakin buruk. Tidak hanya di bansga ini saja, tetapi di negeri lain juga akan berdampak,” kata pria yang juga menjadi anggota Kelompok Ahli BNPT bidang Sosiologi ini. (RO/OL-9)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Msyaifullah
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik