Headline

Pertemuan dihadiri Dubes AS dan Dubes Tiongkok untuk Malaysia.

Fokus

Masalah kesehatan mental dan obesitas berpengaruh terhadap kerja pelayanan.

Kontribusi Perempuan untuk Ilmu Pengetahuan

Haufan Hasyim Salengke
22/4/2019 00:00
Kontribusi Perempuan untuk Ilmu Pengetahuan
Mahasiswa mengolah buah bintaro (Cerbera manghas) menjadi bioetanol di laboratorium kimia Universitas Negeri Malang, Malang, Jawa Timur(ANTARA/ARI BOWO SUCIPTO)

HARI Kartini yang jatuh setiap tanggal 21 April diperingati sebagai bentuk penghormatan kepada tokoh perempuan Raden Ajeng Kartini, sosok yang telah berjuang untuk mendapatkan kesetaraan hak perempuan dan laki-laki Tanah Air di masa lalu.

Beragam cara dalam memperingati Hari Kartini yang tahun ini merupakan peringatan ke-140 tahun. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), misalnya, memaknai perjuangan Kartini dengan mendorong peneliti-peneliti perempuan terus berkarya.

LIPI menghadirkan empat peneliti perempuan untuk menginspirasi Kartini Indonesia menjadi agen perubahan bagi dunia ilmu pengetahuan dan riset Tanah Air. “Selain menjadi peringatan atas jasa RA Kartini, momentum Hari Kartini juga menegaskan kembali kiprah nyata peran perempuan masa kini dalam mengarusutamakan ilmu pengetahuan bagi masyarakat dan bangsa serta peran sebagai istri dan ibu,” kata Sekretaris Utama LIPI Nur Tri Aries Suestiningtyas di Museum Nasional Sejarah Alam Indonesia, Bogor, Jawa Barat, Kamis (18/4).

Lembaga itu menyelenggarakan diskusi dengan menghadirkan perempuan-perempuan peneliti hebat untuk berbagi ilmu kepada masyarakat, temanya Kartini Indonesia untuk kemajuan ilmu pengetahuan.

Mereka ialah Myrtha Karina Sancoyorini, guru besar dan juga peneliti Loka Penelitian Teknologi Bersih LIPI; Djunijanti Peggie, peneliti sistematika kupu-kupu dari Pusat Penelitian Biologi LIPI; Sri Yudawati Cahyarini, peneliti Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI; dan Anne Kusumawaty, ilustrator botani dari Herbarium Bogoriense Pusat Penelitian Biologi LIPI.

“Mereka ialah para perempuan yang semangatnya itu menyemangati Ibu Kartini yang lahir pada 1879. Sudah 140 tahun sejak Ibu Kartini lahir kita harus memajukan cita-cita Ibu Kartini dengan cara kita sekarang, misalnya, dengan teknologi atau ilmu pengetahuan yang berkembang saat ini,” ujar Deputi Ilmu Pengetahuan Hayati LIPI, Enny Sudarmonowati, saat ditemui seusai acara diskusi.

Ia mengatakan, LIPI sengaja memunculkan peneliti di bidang yang tidak terlalu diminati orang untuk lebih mengenalkan mereka dan ilmu tersebut kepada masyarakat. Kegiatan itu juga upaya mengajak peneliti-peneliti lain dan masyarakat untuk bersama-sama memecahkan masalah bangsa.

Peringatan Hari Kartini disebut sebagai momentum tepat untuk mengingat kembali kontribusi perempuan dalam berbagai bidang kehidupan. Dalam ranah sains, peneliti perempuan diharapkan berkontribusi lewat riset-riset yang solutif serta mengembangkan pengetahuan untuk kelangsungan hidup yang lebih baik bagi masyarakat luas.  

Nur menjelaskan, LIPI memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi perempuan untuk berkarya dan berkontribusi bagi bangsa lewat ilmu pengetahuan. Saat ini jumlah peneliti perempuan di LIPI proporsinya sudah hampir 50% dari total 1.500 peneliti atau sepertiga dari sekitar 5.000 karyawan di institusi tersebut.

Karya dan penelitian
Empat peneliti LIPI tersebut menghasilkan karya penelitian yang sangat bermanfaat untuk kelangsungan hidup masyarakat yang lebih baik.

Myrtha, misalnya, mengembangkan bioplastik dari limbah industri agro. Profesor riset ini mengkaji lignoselulosa untuk bahan ramah lingkungan. Salah satunya bioplastik dari limbah fermentasi air kelapa.

“Dalam kondisi kering, nata yang merupakan fermentasi air kelapa bersifat sangat kaku sehingga sangat sesuai untuk plastik yang bersifat kaku. Untuk aplikasi yang memerlukan elastisitas tinggi dan transparan, nata dapat direkayasa menggunakan modifier,” kata Myrtha.

Sementara itu, Djunijanti Peggie, peneliti sistematika kupu-kupu, mengajak masyarakat mengenali dunia kupu-kupu dalam perspektif yang berbeda. “Kita dapat belajar berbagai hal dari kupu-kupu. Dari hal yang tidak mungkin dan tidak terbayangkan, dapat terjadi ternyata sungguh dialami oleh kupu-kupu,” kata Peggie yang merupakan doktor kupu-kupu pertama di Indonesia lulusan perguruan tinggi luar negeri, tepatnya Cornell University, Amerika Serikat.

Peneliti perempuan lainnya, Sri Yudawati, mengingatkan tentang perubahan iklim melalui bidang paleoclimate. “Paleoclimate penting untuk semakin memahami fenomena iklim melalui pengetahuan kondisi iklim di masa lampau lewat data parameter iklim dalam waktu yang panjang yang tidak terjangkau oleh data pengukuran,” ujarnya.

Untuk mendapatkan data-data tersebut, lanjutnya, ia meneliti arsip-arsip iklim, seperti koral, sedimen laut, dan danau.  Kemudian Anne Kusumawaty yang menjadi ilustrator botani. Menurut dia, ilustrasi botani memegang peran penting untuk menjelaskan tentang spesifikasi botani. (S-2)                              

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya