Headline
. AS kembali memundurkan waktu pemberlakuan tarif resiprokal menjadi 1 Agustus.
. AS kembali memundurkan waktu pemberlakuan tarif resiprokal menjadi 1 Agustus.
Penurunan permukaan tanah di Jakarta terus menjadi ancaman serius.
YAYASAN Jurnal Perempuan (YJP) mengungkap 20 tahun perjuangan kaum hawa di Indonesia dalam Jurnal Perempuan (JP) 100. Koordinator Sahabat JP Himah Sholihah menargetkan ratusan orang sebagai penerima jurnal tersebut.
"Sekitar 800-an kita sebar untuk sahabat Jurnal Perempuan maupun seluruh relasi yang tersebar di Indonesia," ungkapnya di Hotel JS Luwansa, Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu 27 Maret 2019.
Dengan jurnal itu Himah berharap semua kalangan dari pemerintah hingga masyarakat memahami bahwa kaum perempuan juga mengambil peran dalam membangun negeri. Masyarakat di seluruh pelosok negeri juga disebut bakal turut 'menikmati' rangkuman perjuangan perempuan Indonesia itu baik dalam bentuk cetak maupun digital.
"Target kita dari kalangan akademisi, LSM (lembaga swadaya masyarakat), pemerintahan, pengacara, mahasiswa, sampai media massa," ujar dia.
Kendati demikian, Himah mengakui dalam hal pengiriman pihaknya masih menghadapi kendala. Salah satunya pengiriman logistik dan minimnya sarana surel yang ada di daerah pelosok yang dituju.
"Semua daerah adalah target kita. Tapi DKI, Jabodetabek dan daerah Jawa target utama kita karena kalau di luar aksesnya sulit dan kebanyakan belum punya e-mail," tutur Himah.
Himah menegaskan Jurnal Perempuan (JP) 100 yang dibuat YJP bukti perempuan bukan kaum lemah. Perempuan juga bisa menjadi penggerak sebuah bangsa.
"Kita sering dengar femisme itu identik dengan aliran barat dan kerap di kecam. Namun pada sejarahnya, di Indonesia, femisime itu sudah ada dari sebelum kemerdekaan," kata Direktur Eksekutif Jurnal Perempuan Atnike Nova Sigiro.
Femisime di Indonesia selalu mendapat tekanan dari masa ke masa. Dalam jurnal itu, kata Atnike, merupakan bukti dari kerja perempuan dalam pembangunan negeri.
"Edisi ini secara khusus memotret gerakan perempuan dari reformasi hingga saat ini," ucap Atnike.
Atnike menjelaskan, perempuan di Indonesia sudah banyak membawa pembaruan untuk Indonesia. Itu, kata dia, sudah jelas sejak masa penjajahan.
"Kartini dan lainnya banyak berjuang menyetarakan kesejahteraan perempuan saat masa itu," ujar Atnike. (medcom/OL-9)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved