Headline
Ketegangan antara bupati dan rakyat jangan berlarut-larut.
Ketegangan antara bupati dan rakyat jangan berlarut-larut.
Potensi kebakaran hutan dan lahan masih tinggi pada masa transisi dari musim hujan ke musim kemarau. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) meminta delapan daerah rawan karhutla mewaspadai potensi yang dapat menimbulkan bencana kabut asap itu.
"Saat ini mulai memasuki masa transisi dari musim hujan ke musim kemarau. Sejumlah dae-rah perlu (memberikan) perhatian ekstra, terutama yang rawan karhutla," kata Deputi Klimatologi BMKG Herizal di Jakarta, Rabu (6/3).
Berdasarkan analisis Fire Danger Rating System (FDRS), delapan daerah yang memiliki potensi tinggi karhutla ialah Sumatra Utara bagian Timur, Riau bagian timur, Kepulauan Riau, Jambi bagian timur, Kepulauan Bangka-Belitung, Kalimantan Utara, Sulawesi bagian utara, dan Maluku Utara.
Menurut Herizal, tingginya ancaman karhutla antara lain karena potensi hujan yang rendah, terutama di wilayah pantai timur Sumatra, tepatnya di wilayah Riau dan sekitarnya. Kondisi tersebut meningkatkan potensi karhutla, sehingga perlu diantisipasi setidaknya hingga Oktober mendatang.
Baca juga: Kebakaran Hutan di Riau akibat Ulah Manusia
Deputi Meteorologi BMKG Mul-yono R Prabowo menambahkan, dalam sepekan ke depan sebagian besar wilayah Sumatra masih berpotensi hujan deras karena masih tingginya kumpulan awan. Kecuali wilayah Riau yang curah hujannya rendah serta sebagian besar wilayahnya merupakan lahan gambut, sehingga potensi karhutla perlu diwaspadai.
"Terjadi anomali cuaca di Riau karena secara posisi geografis tidak diuntungkan, sebab agak tertutup oleh Semenanjung Malaysia," kata Mulyono.
Karena kondisi itu, ketika ada aliran angin timur laut yang membawa uap air banyak, sebagian turun di timur Malaysia. Ketika melewati Malaysia, sudah menjadi aliran udara yang kandungan uap airnya sedikit sehingga melintas daerah Riau menjadi udara kering.
Tanpa hujan
Hasil pantauan BMKG juga menyebutkan, periode kemarau pertama akan berpengaruh pada meningkatnya potensi karhutla di Riau. Berdasarkan peta analisis hari tanpa hujan berurutan di wilayah Sumatra, beberapa wilayah di pesisir timur Aceh, Sumatra Utara, dan Riau, terindikasi mengalami hari kering berurutan mulai 6 hingga 20 hari dengan kategori pendek dan menengah.
Di Riau, hari tanpa hujan dengan kategori panjang yakni 21 hingga 30 hari, telah terjadi di Rangsang, Rangsang Pesisir, dan daerah Tebing Tinggi. Menurut Kepala BMKG Dwikorita Karnawati, hasil pantauan Citra Satelit menunjukkan terdapat peningkatan titik panas (hotspot) per provinsi selama 10 hari terakhir.
"Peningkatan hotspot terjadi di Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, dan Sulawesi Tengah," ujarnya, kemarin.
Di wilayah Riau, Sumatra Utara, dan Gorontalo, jumlah titik panas tergolong stabil. Namun, potensi kemarau panjang tetap memicu terjadinya karhutla di wilayah Sumatra, khususnya Riau, dan di Kalimantan Timur. (Ant/H-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved