Lawan Kanker Serviks dengan Vaksin dan Screening

Eni Kartinah eni
20/2/2019 09:10
Lawan Kanker Serviks dengan Vaksin dan Screening
(MI)

Dibutuhkan waktu bertahun-tahun mulai dari infeksi HPV hingga berkembang menjadi kanker serviks. Rentang waktu itu semestinya dimanfaatkan untuk upaya deteksi dini. DATA Globocan yang diterbitkan WHO menunjukkan, pada 2018 kasus baru kanker serviks di Indonesia mencapai 32.469, atau 17,2% dari kanker perempuan di Indonesia. Angka kematian akibat kanker itu mencapai 18.279. Berarti, rata-rata ada 50 perempuan Indonesia meninggal dunia setiap hari akibat kanker serviks. Angkanya meningkat drastis dari data Globocan 2012 yang menyebutkan 26 perempuan Indonesia meninggal dunia setiap hari karena kanker yang menyerang leher rahim itu.

Menurut Ketua Himpunan Ginekologi Onkologi Indonesia (HOGI), Prof dr Andrijono SpOG(K), data terbaru Globocan selaras dengan penelitian di Indonesia, yang menemukan insiden kanker serviks 1 dari 1.000 perempuan. "Sekitar 80% pasien datang dalam stadium lanjut, 94% pasien stadium lanjut meninggal dalam dua tahun. Kalau dirata-rata, sekitar 40-60 perempuan meninggal dalam sehari," tutur Prof Andri pada diskusi bertajuk Insiden Kanker Serviks Terus Meningkat, Take Action Now!, di Jakarta, pekan lalu.

Keterlambatan penanganan itu tidak lepas dari minimnya cakupan screening untuk deteksi dini yang baru 11%, yakni dengan metode pap smear sekitar 7% dan metode inspeksi visual asam asetat (IVA) sekitar 4%. Penyebab rendahnya screening kanker serviks di Indonesia ada sejumlah faktor, seperti minimnya kesadaran dan rasa enggan atau malu memeriksakan diri. "Kalau di Belanda, di sana setiap perempuan usia produktif ditelepon petugas setiap tahun untuk screening rutin," imbuh Prof Andri.

Berbeda lagi di Australia, lanjutnya, di sana ada temuan pap smear rutin selama 20 tahun tidak berhasil menurunkan insiden kanker serviks. "Akhirnya mereka berganti ke vaksin (vaksinasi human papilloma virus/HPV). Australia telah memulai program vaksinasi HPV nasional sejak 2007. Hasilnya, insiden kanker serviks turun 40%. Australia mencanangkan 2030 bebas kanker serviks," papar Prof Andri. Di Indonesia, Jakarta telah memulai proyek percontohan vaksinasi HPV untuk siswi kelas 5 SD/sederajat. "Kita harapkan segera menjadi program nasional," pungkas Prof Andri.

Lindungi diri

Pada kesempatan sama, Kepala Bidang Pelayanan Sosial YKI (Yayasan Kanker Indonesia) Provinsi DKI Jakarta, dr Venita, menuturkan kanker serviks paling banyak menyerang perempuan usia produktif. Masa saat perempuan sedang berada dalam puncak kariernya dan mungkin sedang sangat menikmati peran sebagai ibu. "Perempuan hidup tidak hanya untuk dirinya sendiri. Begitu dia sakit, satu keluarga ikut sakit," ujarnya.

Venita menambahkan, biaya pengobatan kanker serviks sangat mahal. Sekalipun memiliki asuransi, pagu hingga ratusan juta bisa habis. Bahkan, harta benda pun akan habis untuk biaya pengobatan. Hal itu sangat disayangkan karena sesungguhnya kanker serviks bisa dicegah. Di awal, kanker bisa dicegah dengan vaksinasi HPV. Bila sudah terlewat, masih bisa dideteksi dini dengan screening.

"Terjadinya kanker serviks butuh waktu lama. Kita dianugerahi waktu bertahun-tahun untuk melakukan pencegahan dan deteksi dini. Kita punya waktu 10 tahun untuk bertindak. Tidak mungkin tidak sempat," terangnya. Hingga kini, lanjutnya, cakupan vaksinasi HPV di Indonesia baru 1,1%. Harga vaksin yang relatif mahal merupakan salah satu kendala utama. Namun, biaya itu jauh lebih murah daripada biaya pengobatan kanker.

"Bandingkan pula dengan gaya hidup kita sehari-hari. Berapa kali kita makan di restoran, nonton, atau shopping dalam sebulan. Kita mau mengeluarkan banyak uang untuk membeli ponsel yang hanya bisa digunakan selama dua tahun, kenapa tidak mau menabung untuk mengusahakan vaksin yang akan melindungi seumur hidup?" sesal Venita.

Ia menambahkan, YKI DKI Jakarta memiliki program edukasi pencegahan kanker dan penanganan kanker, antara lain dengan penyediaan vaksin HPV murah. Untuk sekali suntik, biayanya Rp770 ribu (per Februari 2019). "Ini vaksin asli. Harganya bisa murah kami meminta harga khusus dari produsen. Bagi yang ingin mendapat vaksin tersebut, tinggal datang ke YKI DKI Jakarta," jelas Venita.

Vaksin HPV diperuntukkan bagi perempuan usia 9-45 tahun. Untuk usia 9-13 tahun, vaksinasi cukup 2 kali, dengan interval 0-6 bulan. Untuk usia 14 tahun ke atas, vaksin diberikan 3 kali, dengan interval 0, 2, dan 6 bulan. Vaksin HPV hampir 100% melindungi dari infeksi HPV tipe 16 dan 18. Kedua tipe itu menyebabkan 75% kanker serviks.

Sementara itu, penyintas kanker serviks stadium 2B, Endang Suryani, 52, mengingatkan pentingnya dukungan dari keluarga dan orang-orang sekitar bagi penderita kanker serviks. "Saya sendiri bergabung dengan organisasi CISC (Cancer Information and Support Center). Mereka sangat membantu dalam proses penyembuhan. Saya merasa mendapat dukungan dari orang-orang yang juga merasakan penderitaan yang sama," katanya. (*/H-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : PKL
Berita Lainnya