Industri dengan Green Business akan Menangi Persaingan
Sidik P
23/11/2015 00:00
(DOK UBL)
KEGIATAN industri harus mengedepankan faktor lingkungan ketimbang sisi keuntungan atau bisnis semata. Ini penting agar ekosistem di muka bumi tidak mengancam kehidupan manusia ke depannya.
''Tren industri yang menekankan keuntungan, harus diubah perspektifnya menjadi green business agar alam terus berkesinambungan,'' kata mantan Menteri Lingkungan Hidup Sonny Keraf pada seminar nasional multidisiplin ilmu 2015 dengan diskusi panel bertajuk Pengembangan Green Business dan Green Technology Berkelanjutan di kampus Universitas Budi Luhur (UBL), Jakarta, Sabtu (21/11).
Turut hadir pula, Mantan Dirjen Unesco untuk Indonesia Tresna Dermawan Kunaefi selaku pembicara, Ketua Yayasan Pendidikan UBL Kasih Hanggoro, Rektor UBL Prof Suryo Hapsoro Tri Utomo, Ketua Pelaksana Seminar yang juga Deputi Rektor Bidang Kemahasiswaan UBL Hari Soetanto S Kom, M Sc, serta Kepala Humas UBL Linda Islami.
Sonny menyampaikan industri yang lebih mengedepankan keuntungan, hanya akan bertahan sesaat. Sebaliknya, mereka yang mengedepankan lingkungan akan bersifat berkelanjutan.
''Itu artinya, keuntungan sebenarnya konsekuensi yang bakal didapatkan oleh industri atau perusahaan yang mengedepankan green business,'' ujarnya.
Apalagi sekarang ini ada tuntutan para konsumen di dunia termasuk juga dari masyarakat Indonesia yang membutuhkan produk atau jasa yang ramah pada lingkungan.
''Dengan begitu, ke depan industri yang mengutamakan green business dan green technology akan memenangkan persaingan, lantaran masyarakat akan memilih produk mereka mengingat ancaman kerusakan lingkungan yang kian nyata,'' ungkap Sonny.
Untuk itu Sonny juga menantang perguruan tinggi di Indonesia agar bisa menciptakan penelitian dan lulusan yang mengutamakan keseimbangan alam atau lingkungan ketimbang memburu keuntungan materi semata.
Senada dengan itu Mantan Dirjen Unesco untuk Indonesia Tresna Dermawan Kunaefi menambahkan selain peran industri dan perguruan tinggi dalam menjaga alam dan lingkungan, masyarakat dan pemerintah daerah juga perlu dilibatkan dalam mempertahankan nilai-nilai kearifan lokal saat sebuah industri masuk ke lingkungan mereka.
''Dengan kearifan lokal, bisa membendung laju kerusakan lingkungan yang mungkin bakal dilakukan oleh pihak industri di lingkungan sekitar mereka,'' pungkasnya.
Terkait dengan peranan perguruan tinggi, Ketua Yayasan Pendidikan UBL Kasih Hanggoro menyampaikan UBL konsisten menjaga alam dan lingkungan.
''Kami misalnya punya ikon Rumah Baduy, dan pada 2016 kami akan dorong Aquaponic yakni memaanfaatkan kotoran ikan untuk jadi asupan onsumsi tanaman. Saat ini sudah kami coba di Bogor. Harapan kami nanti pada 2016, sudah ada urban farming di kampus dan dikembangkan di sekitar kampus,'' ujar Pak Aang, biasa ia disapa.
Pada kesempatan yang sama, Rektor UBL Prof Suryo Hapsoro Tri Utomo mengatakan banyaknya makalah yang masuk pada seminar nasional bertema lingkungan kali ini menunjukkan ada kepedulian perguruan tinggi pada lingkungan. ''Ada 140 makalah yang masuk, dan hanya 111 yang lolos untuk dipresentasikan pada diskusi panel dalam seminar nasional multidisiplin ilmu tahunan ini,'' ujarnya.
Suryo menambahkan akan mendorong dosen dan mahasiswa agar menghasilkan karya ilmiah berupa jurnal, termasuk bertema lingkungan secara online. ''Sebab mulai 1 April 2016, Kemenristek Dikti mewajibkan penelitian di perguruan tinggi harus sudah berbentuk online,'' tutup Suryo Hapsoro.
Ketua Pelaksana Seminar Hari Soetanto S Kom, M Sc berharap pada acara seminar kali ini nantinya bisa mendorong dosen dan mahasiswa untuk menggiatkan budaya meneliti di Tanah Air, sehingga bisa mendongkrak mutu perguruan tinggi di Indonesia. (H-2)