Headline

Dalam suratnya, Presiden AS Donald Trump menyatakan masih membuka ruang negosiasi.

Fokus

Tidak semua efek samping yang timbul dari sebuah tindakan medis langsung berhubungan dengan malapraktik.

Kerja Tambah Semangat Setelah Dapat Rumah 

Rosmery Sihombing
21/12/2018 19:15
Kerja Tambah Semangat Setelah Dapat Rumah 
Ibrahim Hasan, 36, Kisman Mooduto, 38, dan Yamin Sulaiman, 36, ketiga petani jagung warga komunitas adat terpencil (KAT), mendapat rumah yang mereka dapat dari Kementerian Sosial (Kemensos) diresmikan oleh Dirjen Pemberdayaan Sosial, Kemensos Pepen Nazarud(MI/Rosmery Sihombing)

SORE itu, di DusunTapai Buhu, Desa Tanjung Karang, Kecamatan Tomilito, Kabupaten Gorontalo utara, Provinsi Gorontalo dihiasi umbul-umbul daun kelapa. Dua tenda yang terpasang tampak dipenuhi sekitar 150-an warga, terdiri dari para orangtua dan anak-anak. 

Ibrahim Hasan, 36, Kisman Mooduto, 38, dan Yamin Sulaiman, 36, juga ikut duduk bersama warga.

Ketiga petani jagung warga komunitas adat terpencil (KAT) tersebut merasa senang, karena hari itu rumah yang mereka dapat dari Kementerian Sosial (Kemensos) diresmikan oleh Dirjen Pemberdayaan Sosial, Kemensos Pepen Nazarudin, Kamis (20/12).

Sebelumnya, mereka tinggal di gubuk-gubuk, di ladang secara berpencar dan berjauhan antara satu keluarga dan lainnya.

Ibrahim, Kisman dan Yamin adalah termasuk dari 45 KK yang mendapatkan rumah seluas 5x7 meter diatas tanah sekitar 100 meter persegi. Sebanyak 45 rumah itu berdiri diatas area seluas 2 hektare milik dua kapala dusun. Mereka rela menghibahkan tanahnya untuk warga KAT.

"Saya senang, karena anak-anak bisa tinggal di rumah dan lingkungan yang baik,"ujar Yamin.

Hal yang sama juga dirasakan Kisman dan Ibrahim.

"Kami jadi semangat lagi bekerja untuk memperbesar rumah," tambah Kisman.

Untuk sampai ke lokasi memerlukan sekitar 3 jam dari Bandara Djalaluddin Gorontalo. Kondisi jalan utama mulus, namun begitu memasuki Gorontalo Utara mulai berkelok-kelok, terlebih 4 kilometer menjelang lokasi KAT jalan mulai terjal dan berbatu. Badan terasa diguncang-guncang selama mobil bergerak.

Meski begitu, di sisi kiri dan kanan jalan tampak hijau oleh tanaman jagung dan kelapa.

Sementara itu, dalam sambutannya Pepen berharap setelah memiliki rumah layak huni, warga semakin giat lagi bekerja dan anak-anak juga bertambah semangat belajar.

"Sekarang namanya bukan warga KAT lagi, tapi Dusun Tapai Buhu," katanya yang disambut tepuk tangan warga.

Kepada warga KAT Pepen mengatakan bahwa semua warga negara Indonesia punya hak yg sama untuk pelayanan sosial.

Selain rumah, Kemensos juga membangun 4 toilet umum dan sumur yang airnya mengalir dengan menggunakan genset.

Menurut Pepen, penjajakan awal dan studi kelayakan terhadap 45 KK atau 153 jiwa warga KAT itu dilaksanakan pada 2017 dengan melibatkan unsur perguruan tinggi Universitas Negeri Gorontalo (ketua tim), Dinas Sosial Provinsi, Dinas Sosial Kabupaten, Dinas Kehutanan Provinsi, Badan Pertanahan Nasional, Bappeda Kabupaten dan Dinas Dukcapil Kabupaten.

"Pada tahun ini Lokasi KAT Tapai Buhu masuk pada pemberdayaan pertama. Bantuan sosial yang diberikan berupa 45 unit rumah senilai Rp32.000.000/unit dengan total bantuan senilai Rp1,44 miliar," tambah Pepen.

Selain rumah, lanjutnya, tiap KK juga mendapat bantuan jaminan hidup tahun ke I senilai Rp300 rubu selama enam bulan. Kemudian bibit, peralatan rumah tangga dan perlengkapan kerja, masing-masing senilai Rp300 ribu.

Harus dekat Pasar
Di tempat yang sama, pengamat dan juga tim pakar KAT Prof Safri Sairin dan Prof Makmur Sunusi mengatakan, setelah dibangunnya lokasi pemukiman sebaiknya ada pasar yang jaraknya tidak jauh dari lokasi KAT.
Hal itu untuk memudahkan warga bertransaksi. Pasalnya, sampai saat ini hasil ladang mereka sebagian besar untuk biaya transportasi.

Hal itulah yang dialami Kisman dan Yamin. Dengan ladang seluas 1 hektare ia bisa panen dua kali setahun. Tiap kali panen bisa 2 ton-7 ton. Dengan harga jagung Rp3.000 -Rp5.000 per kg, ia bisa menghasilkan Rp15 juta.

"Tapi sebagian besar habis untuk transport. Sewa ojek untuk angkut 1 karung jagung ke gudang Rp10.000," katanya.

Hal itu juga diakui pendamping sosial warga KAT Tapai Buhu David Hasan.

"Kalau panen lagi bagus, dari 1 ha ladang saja bisa menghasilkan Rp20 juta -Rp25 juta. Tapi ongkos angkutnya mahal sekali karena jauh," ujarnya.

Yamin dan kawan-kawan menambahkan, mereka berharap listrik bisa masuk dusun mereka dan akses jalan raya diaspal. 

Saat ini populasi KAT di Indonesia berdasarkan database 2017 berjumlah sekitar 150.000 Kepala Keluarga (KK). Jumlah tersebut mengalami penambahan dibandingkan 2015 yang berjumlah sekitar 128.000 KK. (OL-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dwi Tupani
Berita Lainnya