Headline
Kemenu RI menaikkan status di KBRI Teheran menjadi siaga 1.
PT Tirta Investama atau yang dikenal dengan Danone-Aqua, pada awal 2019, akan meluncurkan produk air mineral kemasan 1,1 liter yang botolnya 100% diproduksi dari plastik daur ulang.
Sustainable Development Director Danone Indonesia Karyanto Wibowo menyatakan perusahaannya siap menjadi industri minuman pengguna botol daur ulang pertama di Indonesia.
"Peluncuran produk air minum dalam botol plastik daur ulang awal tahun depan merupakan bentuk dari komitmen kami untuk menjaga lingkungan. Plastik seharusnya menjadi bahan baku dan tidak bertebaran di lingkungan sebagai sampah, oleh karena itu kami manfaatkan kembali," ujar Karyanto di Banten, Senin (11/12).
Ia mengatakan botol daur ulang yang akan digunakan diproduksi dari industri mitra perusahaan di Bandung, Jawa Barat.
Adapun, bahan baku plastik bekas dipasok dari enam titik pengepul binaan yang tersebar di Tangerang, Bandung, Bali, Lombok, dan Kepulauan Seribu.
Menurutnya, perusahaan telah menjalankan inisiatif menjaga kelestarian lingkungan dengan mengumpulkan dan mengolah plastik bekas kemasan air minum sejak 1993.
Baca juga: KLHK Hibahkan Fasilitas Pengolahan Emas Nonmerkuri di Lebak
"Dalam setahun, kami bisa mengumpulkan 12.000 ton plastik bekas kemasan air minum untuk di daur ulang. Dulu pada 1990-an, produk cacahan plastik di ekspor karena belum ada industri yang bisa memproduksi botol daur ulang di Indonesia. Sekarang, kami sudah bisa mengolah dan tentu saja hasilnya sesuai dengan SNI, BPOM serta bersertifikasi halal agar masyarakat nyaman dalam menggunakan produk kami," tuturnya.
Dengan semakin banyaknya pelaku sektor informal yang terlibat dalam kegiatan pengumpulan bahan baku botol bekas, Danone-Aqua menargetkan, pada 2025, sebanyak 50% produk air minum dalam kemasan perusahaan akan menggunakan kemasan botol daur ulang.
"Saat ini, 70% bisnis kami adalah galon yang kemasannya dapat digunakan ulang sehingga sudah memenuhi prinsip sirkular. Komitmen kami menjadi perusahaan yang 100% sirkular, menggunakan limbah kemasan plastik untuk bahan baku kemasan produk kami," jelasnya.
Upaya tersebut pun diapresiasi Kementerian Perindustrian (Kemenperin).
Direktur Industri Kimia Hilir Ditjen Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka Kemenperin Taufiq Bawazier mengatakan memang sudah semestinya pelaku industri terlibat dalam penanganan persoalan sampah plastik.
"Harus ada terobosan-terobosan terkait sampah plastik yang bisa memberikan manfaat baik bagi masyarakat dan juga perusahaan itu sendiri," ucapnya.
Kemenperin mencatat kebutuhan plastik sebagai bahan baku industri mencapai 5,6 juta ton per tahun. Sebanyak 2,3 juta ton sudah dipenuhi industri plastik nasional, 1,67 juta ton dipenuhi dari impor bijih plastik virgin dan 435.000 ton dipenuhi dari impor limbah plastik Non B3. Adapun, kontribusi industri daur ulang baru sebesar 1,1 juta ton.
Hal itulah yang menurutnya harus terus didorong ke depannya. Sehingga plastik tidak hanya berakhir menjadi sampah melainkan dapat dimanfaatkan kembali sebagai bahan baku produksi.
Ketua Asosiasi Daur Ulang Plastik Indonesia (ADUPI) Christine Halim menuturkan dengan semakin banyak perusahaan nasional yang melakukan kegiatan daur ulang, secara otomatis akan membantu mengurangi pencemaran lingkungan, menghemat energi, menghemat devisa impor plastik virgin, sekaligus memberi penghasilan untuk para pekerja sektor informal Indonesia.
Ia mencatat saat ini ada 360 perusahaan anggota ADUPI yang melibatkan 4 juta pemulung dalam menjalankan kegiatan produksi.
"Kami ingin semakin banyak lagi industri makanan dan minuman yang memanfaatkan produk kemasan hasil daur ulang. Kalau di Indonesia saat ini sifatnya belum mandatori, baru sebatas kesukarelaan," kata Christine. (OL-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved