Headline

Tidak ada solusi militer yang bisa atasi konflik Israel-Iran.

Fokus

Para pelaku usaha logistik baik domestik maupun internasional khawatir peningkatan konflik Timur Tengah.

Audiobook Bagi Tunanetra Masih Terbatas

Putri Anisa Yuliani
27/11/2018 15:54
Audiobook Bagi Tunanetra Masih Terbatas
(ANTARA FOTO/Seno)

AKSES informasi bagi tunanetra di Indonesia masih terbatas, contohnya pada penyediaan buku berbicara atau audiobook yang masih minim.

Perwakilan komunitas Tunanetra Kartunet (Karya Tunanetra) Eko Ramaditya mengatakan di Indonesia ketersediaan audiobook selain buku pelajaran masih sangat terbatas.

Penerbit di Indonesia belum banyak tertarik untuk membuat audiobook. Di sisi lain, lembaga produksi audiobook, Lembaga Penerbit dan Perpustakaan Braile (LPPB) Bandung, belum mampu memproduksi audiobook dan memperbarui judul buku yang baru beredar di Indonesia baik lokal maupun internasional karena keterbatasan jumlah pembaca teks untuk audiobook.

"Pembaca teksnya masih sedikit. Karena memang cukup sulit menemukan orang yang tidak hanya bisa membaca tetapi mengekspresikan dialog pada percakapan dengan baik," kata Rama dalam diskusi bertema Penyediaan Buku menjadi Audio untuk Disabilitas Pengliharan di Perpustakaan Kementerian Pendidikan Dasar dan Kebudayaan, Selasa (27/11).

Untuk membuat audiobook, lanjut Rama, memang membutuhkan dana yang tidak kecil karena harus merekrut orang yang memiliki keahlian membaca dan mengekspresikan bacaan. Belum lagi ditambah kebutuhan ilustrasi musik yang turut mengiringi suara pada audiobook.

Baca Juga:

Peranti Pembaca Buku bagi Tunanetra

Inilah yang diduga menjadi persoalan, sehingga penerbit enggan membuat audiobook pada buku-buku yang diterbitkan. Hal ini berbanding terbalik dengan kondisi di negara-negara maju.

"Kalau di negara maju itu akses informasi dan fasilitas untuk difabel sudah sangat maju. Audiobook selain ada ilustrasi musik juga terdapat grafis musik yang betul-betul menggambarkan kondisi jalan cerita. Audiobook luar juga tidak pernah ketingggalan memperbarui stoknya begitu ada buku baru yang terbit," terangnya.

Pemerintah dianggap menjadi pihak yang paling memiliki legitimasi untuk membuat literasi terhadap difabel, khususnya tunanetra, meningkat. Meski memiliki keterbatasan anggaran, menurut Rama, pemerintah melalui regulasi bisa membuat swasta turut berpartisipasi untuk menyediakan audiobook bagi masyarakat.(OL-5)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya