Headline
Presiden Trump telah bernegosiasi dengan Presiden Prabowo.
Presiden Trump telah bernegosiasi dengan Presiden Prabowo.
Warga bahu-membahu mengubah kotoran ternak menjadi sumber pendapatan
MUSEUM antikolonialisme pertama, begitu julukan yang disematkan pada Museum Multatuli di Jalan Alun-Alun Timur No 8, Rangkasbitung Barat, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Bangunan museum menghuni bekas kantor dan kediaman Wedana Lebak yang dibangun pada 1920-an. Karena itulah, arsitektur kolonialnya masih kental terlihat.
Museum itu baru diresmikan pemerintah Indonesia pada Mei 2017, bertepatan dengan 197 tahun kelahiran Multatuli atau dikenal juga sebagai Eduard Douwes Dekker.
Multatuli ialah nama pena yang diambil laki-laki kelahiran Amsterdam, Belanda, 2 Maret 1820. Saat bertugas sebagai asisten residen di Lebak, pada 1856 . Ia menyaksikan praktik pemerasan hingga pengenaan pajak yang tinggi oleh mandor dan bupati saat itu terhadap rakyat Lebak.
Dari pengamatannya itu, Dekker menulis novel Max Havelaar of de koffieveilingen der Nederlandsche Handel- Maatschappij (Lelang Kopi Perusahaan Dagang Belanda). Novel itu kemudian menjadi canon dalam kesusastraan Belanda dan menyebabkan para penguasa di Majelis Tinggi Belanda gerah.
Pembangunan gedung Museum Multatuli dilakukan berbarengan dengan pembangunan perpustakaan di lahan seluas 2.200 meter dengan dana Rp 14,5 miliar dari APBD Pemkab Lebak dan APBD Provinsi Banten.
Kepala Gedung Museum Multatuli Rangkasbitung Ubaidilah Muktar mengatakan pembangunan museum Multatuli di Indonesia tak lepas dari bantuan hibah Museum Multatuli di Belanda kepada Pemkab Lebak.
Hibah itu meliputi novel Max Havelaar berbahasa Prancis cetakan pertama pada 1868, ubin bekas kediaman Multatuli, litografi Multatuli, dan peta Rangkasbitung abad yang lalu. "Semoga ide-ide Multatuli atau ide-ide tentang kemanusiaan bisa terus digulirkan lewat museum ini," kata Ubaidilah seperti dikutip dari laman http://museummultatuli.id.
Museum Multatuli dapat menjadi pilihan mempelajari sejarah dari era kolonial dengan cara berbeda.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved