Seorang mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial Pendidikan Geografi Universitas Negeri Medan (Unimed), Ince Weya, bersuara lantang di hadapan Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristek Dikti). Ia mengadu soal dana beasiswa afirmasi pendidikan tinggi (ADik) yang seringkali telat diterimanya.
Ia mengungkapkan, bahwa masalah keterlambatan dana tersebut sudah terjadi sejak awal kuliah. Padahal, mahasiswa asal Papua itu saat ini sudah menginjak semester lima.
"Katanya setiap bulan terima uang beasiswa, tapi kami biasanya terima pertiga bulan. Itu pun sudah di bulan keempat baru masuk ke rekening kami," ujarnya diikuti tepuk tangan dukungan dari para hadirin Auditorium Unimed, Medan, Sumatera Utara, Kamis (1/10).
Bahkan kadang-kadang, jelas gadis berambut ikal itu, uang yang diterimanya adalah jumlah akumulatif dari dana beasiswa selama enam bulan. Jadi hampir tidak ada kepastian kapan mahasiswa bisa mendapatkan uang yang notabene haknya.
Bulan ini saja misalnya, ia kembali harus memutar otak bertahan hidup dengan uang seadanya. Suntikan dana beasiswa yang harusnya diterima sejak dua bulan lalu tak kunjung cair.
"Uang Rp1 juta saja itu rasanya sudah kurang, ditambah harus terlambat ya kami bingung. Minta dengan orang tua di Papua itu sulit sekali," cetusnya.
Bukan hanya Ince dan kawan-kawannya sesama penerima beasiswa ADik yang mengalami nasib seperti itu. Mahasiswa Universitas Medan Raya Penebar Gemilang Harahap menuturkan hal senada.
Jika ADik terlambat tiga bulan, katanya, beasiswa bidikmisi bisa sampai enam bulan tertahan. Namun dianggapnya hal itu sudah biasa karena memang sejak awal ia selalu menerima uangnya dua kali dalam setahun.
"Jadi dirapel enam bulan dan dikasihnya pas pertengahan. Misalnya Januari sampai Juni, kami terima Maret. Tapi kalau bisa setiap bulan saja," tukas Gilang. Kesalahan sistem
Menanggapi aduan para mahasiswa tersebut, Menristek Dikti M Nasir menjelaskan bahwa kesalahan ada pada sistem pendataan dari laporan perguruan tinggi ke dikti.
"Karena kadang data dari perguruan tingginya berubah-ubah terus, jadi pendistribusiannya pasti juga terlambat," katanya.
Untuk itu Nasir menegaskan, bahwa ke depan melalui Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kemenristek Dikti akan dilakukan perbaikan pada sistem pendataan.
Ia pun meminta agar sistemnya dibuat secara online guna memudahkan. Jadi, data penerima beasiswa baru bisa langsung masuk melalui sistem secara otomatis.
Sementara itu, Rektor Unimed Syawal Gultom sempat menampik keterlambatan akibat data telat dimasukkan. Meski begitu ia sangat mendukung adanya perbaikan sistem pendataan.
"Kami tidak pernah telat kasih data, hanya karena kolektif jadi kalau ada universitas yang belum lengkap datanya berimbas ke semua. Bagus kalau sistemnya ini diperbaiki," tandasnya. (Q-1)