Headline

Presiden Trump telah bernegosiasi dengan Presiden Prabowo.

Fokus

Warga bahu-membahu mengubah kotoran ternak menjadi sumber pendapatan

Warga Aceh Minta Sultan Muhammad Daud Syah jadi Pahlawan Nasional

Ferdian Ananda Majni
06/11/2018 13:00
Warga Aceh Minta Sultan Muhammad Daud Syah jadi Pahlawan Nasional
(Sultan Muhammad Daud Syah -- wikipedia)

SEJUMLAH warga Aceh yang berdomisili di Jakarta menziarahi makam Raja Aceh, Sultan Muhammad Daud Syah (1871-1939) di Taman Pemakaman Umum (TPU) Blad 33, Sunan Giri Utan Kayu, Jalan Rawamangun, Jakarta Timur, Senin (5/11)

Kepala Badan Penghubung Pemerintah Aceh (BPPA) di Jakarta, Almuniza Kamal, mengatakan, hari ini menjadi momentum bersejarah bagi masyarakat Aceh di Jakarta. Pasalnya, kepedulian masyarakat Aceh terhadap para pejuang kemerdekaan masih tinggi.

"Ini momentum mempererat silaturahmi dan meningkatkan patriotisme masyarakat Aceh di perantauan dengan mengunjungi dan berdoa di makam salah seorang pejuang Aceh," kata Almuniza, di TPU Sunan Giri, Rawamangun, Jakarta Timur, Senin (5/11).

Sultan Muhammad Daud Syah lahir pada 1871. Kata Almuniza, dia merupakan tokoh kunci raja di kesultanan Aceh. Bahkan, di detik-detik terakhir dia masih berjuang mempertahankan tanah air dari penjajahan Belanda.

"Iya mempertaruhkan nyawa dan keluarganya, berjuang untuk pembebasan Aceh dari penjajahan Belanda hingga di buang ke tanah Jawa," sebutnya.

Jelang peringatan hari pahlawan nasional pada 10 November mendatang, Almuniza menjelaskan Muhammad Daud Syah belum mendapatkan gelar atas perjuangannya di masa lalu. Oleh karena itu, ia berharap pemerintah pusat dapat memprioritaskan raja terakhir Aceh ini menjadi salah satu tokoh pahlawan nasional.

"Kita akan memperjuangkan bersama-sama, semoga dalam waktu dekat beliau menjadi salah satu tokoh nasional yang dikukuhkan oleh pemerintah," paparnya.

Ia menambahkan, pentingnya mengenang masa kejayaan kerajaan Aceh. Apalagi, kepemimpinan Sultan Muhammad Daud Syah berperan penting dalam berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia.

"Beliau mempertahankan wilayah kekuasaan agar tidak jatuh ke tangan Belanda. Dalam kepemimpinannya kerajaan Aceh masih berdaulat dalam agresi Belanda di tanah air," lanjutnya.

Sejauh ini, pihaknya telah berkoordinasi dengan otoritas setempat untuk mempertahankan keberadaan makam tokoh penting itu hingga gelar pahlawan dinobatkan pemerintah pusat.

"Jika sudah ditetapkan menjadi pahlawan nasional, tentunya kuburan ini akan dipindahkan ke pemakaman pahlawan tetapi kita tetap berkoordinasi dengan ahli waris atau keluarga," terangnya.

Almuniza tak memungkiri, jika banyak tokoh dan pejuang Aceh yang dimakamkan dan tersebar di seluruh tanah air. Tentunya, mereka akan fokus melakukan pendataan keberadaan makam-makam tersebut di wilayah DKI Jakarta.

"Selaku perpanjangan tangan pemerintah Aceh di Jakarta dan arahan gubernur, kita sedang melakukan pendataan, baik aset atau pemakaman yang memang notabenya masyarakat Aceh," sebutnya.

Ia menyebutkan, pendataan makam masyarakat Aceh di wilayah DKI Jakarta penting, setidaknya pemerintah Aceh akan melakukan pemugaran agar keluarga atau ahli waris yang berkunjung bisa lebih nyaman.

"Kepada masyarakat Aceh yang ada di Jakarta dan diluarnya. Jika ada kuburan masyarakat Aceh, atau tokoh Aceh terdahulu silakan informasikan kepada kami, akan kita lakukan upaya pemugaran dan perbaikan," tambahnya.

Begitu juga Pemerintah Aceh memastikan akan membantu ahli waris atau keluarga yang memiliki perkuburan namun harus membayar iuran perawatan.

"Apalagi ada perkuburan yang harus dibayar, seperti maintenance-nya tentu pimpinan akan merestui nya dan memerintahkan saya untuk melakukan koordinasi segera agar perkuburan ini dapat terawat dengan baik," pungkasnya.

Sultan Muhammad Daud Syah lahir pada 1871. Di usia belia, 7 tahun dia dinobatkan sebagai sultan Aceh di Masjid Indrapuri pada Kamis, 26 Desember 1878 M, menggantikan Sultan Alaidin Mahmudsyah (1870-1874) dua tahun sebelum Belanda menginvasi Aceh pada 26 Maret 1873 M.

Sultan terakhir kerajaan Aceh Darussalam ini berkuasa hampir 45 tahun lamanya, Muhammad Daud Syah (1874-1923) memiliki riwayat hidup yang tragis nan malang. Kolonial Belanda kala itu, membuang Sultan Muhammad Daud Syah ke Pulau Jawa pada 24 Desember 1907. (OL-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dwi Tupani
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik